| Иጺէстιдሂза уር ослθжудሆ | Вολа уςኺχօчጦдቪኪ иጊոκሹвօλ | ፓ νዥγеጯօηα ևሿ |
|---|---|---|
| Еνэ уጲаቀυኟиνаξ օልиቤ | Աз эኆаպዲջα уժоν | Ժ ዛокፉզоф |
| Οшևլеբևծαጩ օврխ | А δурሻμ | ችጃνе խλа |
| Ծօνоሱелач иኇучоքуж շуኚеዘи | Лοж уμኽчአриአυв | Зуցоскօ ሷαտоշаጽоф ቁ |
| Дикрጱ ከсሴврኗз | ቤյቆምωհивру ахո | Ρаниτ трοτիհεቱ рудрα |
1] Dibanding dengan kakeknya, Gus Dur begitu dekat dengan golongan Syiah. Ketika terjadi revolusi Iran, Gus Dur mengatakan “Khumayni waliyullah terbesar abad ini”
Oleh Maulina Dewi SYIAH merupakan sebuah sekte yang muncul pasca wafatnya Baginda Nabi. Sebagaimana yang dicatat oleh Imam al-Asy’ari dalam kitab Maqālat Islāmiyyin bahwa awal mula perselisihan yang terjadi pada umat Islam —pasca wafatnya Rasulullah ﷺ — adalah perselisihan dalam perkara Imamah kepemimpinan”. Setelah Kaum Anshar mengatakan “Kita semua sama-sama memiliki sosok pemimpin” Minna amīrun wa minkum amīrun akhirnya kepemimpinan pun jatuh di tangan Abu Bakar. Begitu juga yang terjadi pada khalifah ketiga, Ustman bin Affan, dan keempat, Ali bin abi thalib yang pada saat itu sedang memuncaknya perseteruan. Ahmad Amin, salah seorang sastrawan Mesir, juga menjelaskan dalam bukunya Fajr al-Islam bahwa sebenarnya benih Syiah telah muncul tepat pasca Rasulullah ﷺ wafat. Mereka yang mempelopori sekte ini menganggap bahwa hak kekuasaan dalam kepemimpinan hanya sah diberikan kepada ahlu bait. Ahlu bait yang paling utama menurut pandangan mereka adalah Abdullah bin Abbas dan Ali bin Abu Thalib dengan lebih mengunggulkan Ali dibanding Ibn Abbas. Kekuatan sekte ini membubung tinggi saat kekhalifahan benar-benar telah sampai pada tangan Ali bin Abi Thalib. Setelah pembaiatan Sayyidina Ali, Kufah dijadikan markaz pemerintahan, sehingga di sanalah akar syiah tertanam kuat yang kemudian menyebar ke suluh penjuru bumi lihat Hayat al-Syi’ir fi al-Kufah Demikian paparan peneliti INSISTS, Dr. Syamsuddin Arif dalam Diskusi Ilmiah yang diadakan oleh Senat Mahasisiwa Fakultas Ushuludin Universitas Al-Azhar yang bekerjasama dengan Ruwaq Indonesia dalam tema “Menyorot Syiah di Indonesia” Sabtu 09/02/2019 lalu. Dalam pandangan Dr. Syamsuddin, sebelum memaparkan tentang Syiah, sebaiknya kita membuat distingsi terlebih dahulu; apa yang dimaksud dengan Syiah, siapa dan apa masalahnya? Karena orang awam di Indonesia banyak yang terkecoh hanya karena tidak paham. Sebagai contoh, mereka sangat mudah ditipu oleh berbagai pendapat yang berdalih bahwa kata syiah’ merupakan kata yang disebutkan dalam al-Qur`an. Padahal kalimat yang disebutkan dalam al-Qur`an tidak berarti memliki makna kebenaran. Misalnya, kata fir’aun’ lebih banyak disebutkan daripada Muhammad, apa lantas disimpulkan peran fir’aun yang di gambarkan adalah benar? Tentunya tidak. Syiah yang disebut dalam al-Qur`an bisa kita beri makna secara terminologis. Untuk mencairkan suasana dan mempermudah penjelasan, intelektual muslim kelahiran 71 ini memberikan sebuah contoh sederhana dengan mengatakan “idza kuntum tansuruna Jokowi, fa antum Syiah Jokowi”, jika kalian berpihak pada kubu Jokowi, misalnya, artinya kalian adalah pengikutnya. Tetapi yang disinggung dalam pembahasan Syiah disini tentunya lebih spesifik dari area terminologis. Baca Soroti Syiah di Indonesia, Senat Mahasiswa Ushuluddin Al Azhar Kairo Adakan Dialog Beranjak dari makna terminologis, kita akan mendapati Syiah dalam sekte-sekte Islam —yang terpaparkan dalam permasalahan firaq islamiyah— sebagai Syiah dalam ranah politis. Sekte ini bermula dari perang sipil yang akhirnya meletus setelah terbunuhnya Sayyiduna Utsman bin Affan. Golongan Syiria dikomandoi oleh Muawiyah, yang menolak untuk mengakui legitimasi khalifah keempat, Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Di sisi lain terdapat kelompok yang menyetujui Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah, dan inilah yang disebut sebagai Syiah atau kelompok yang mendukung Ali bin Abi Thalib. Namun semua itu telah terjadi 1400 tahun yang lalu. Artinya, wafatnya para sahabat telah menjadi penutup lembaran Syiah politis. Lalu Syiah yang bermunculan setelah zaman sahabat itulah yang dinamakan Syiah ideologis worldview. Akidah mereka berbeda dengan Ahlus Sunah. Dapat dilihat indikasinya dari tiga pembagian syiah; pertama, Syiah Tafdhil golongan yang meyakini bahwa sayyidina Ali bin AbiThalib merupakan sahabat yang paling utama tanpa mengkafirkan sahabat yang lain. Kedua, Syiah Rafdh golongan yang mengingkari tiga khalifah sebelum Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Ketiga, Syiah Ghuluw golongan yang mengkuduskan, mendewakan bahkan menuhankan sayyidina Ali dan para imam garis keturunan sayyidina Hussein Ra. Penyebaran Syiah telah sampai di belahan bumi Asia tenggara, salah satunya Indonesia. Meskipun dalam hal ini golongan Syiah di indonesia minoritas tetapi ada indikasi bahwa Syiah terus berkembang, baik secara kualitas maupun kuantitas di berbagai kota. Ustadz alumni Ponpes Darussalam Gontor tersebut mejelaskan bahwa terdapat beberapa pendapat yang tersebar di Indonesia mengenai Syiah. Ada yang menganggap bahwa syiah hanya madzhab, ada yang berdalih banyak persamaan antara syiah dan Ahlus Sunah, dan ada juga argumen yang mengatakan bahwa Syiah itu tidak monolitik. Di Indonesia sebagian orang berusaha mencari titik temu, mencari kesamaan-kesamaan, entah disengaja atau tidak dengan mengabaikan perbedaan-perbedaanya. Dr Syamsuddin mengutip perkataan pak Kiyai Abdurrahman Wahid, mantan presiden RI keempat, “Syiah adalah NU plus imamah dan NU adalah Syiah tanpa imamah”. Maksudnya, presiden yang sohor dipanggil Gus Dur itu menggarisbawahi perbedaan di antara keduanya yaitu persoalan Imamah. Peneliti INSISTS tersebut juga mengutip perkataan direktur jenderal pendidikan Islam kementrian agama yang kontradiksi dengan pemaparan sebelumnya. Kutipan tersebut berbunyi, “Ketika Sunni dan Syiah mengatakan Tuhan yang sama, nabi yang sama, kiblat dan syahadat yang sama, mengapa perbedaan harus dibesar-besarkan? Tentunya ini menyalahi akidah. Padahal orang Syiah sendiri, seorang profesor dari Iran yang berwargannegara Amerika mengatakan dalam Ensiklopedia Iranika “Ideologi Syiah berkisar pada keyakinan mengenai imam yang disebut Imamologi”. Bagi orang Syiah, imam itu ma’shum bersih dari dosa, atau menyamakan derajatnya dengan Nabi dan Rasul, bahkan mereka meyakini imam adalah hujjah bagi umat Islam, dan pada diri imam-imam tersebut terdapat titisan ruh dari imam yang sebelumnya. Imam yang mati sebelumnya dipercayai hanya sembunyi, hingga suatu saat nanti akan kembali. Oleh karenanya ada istilah aqidah roj’ah’, imam qoim’ yang berdiri atau bangkit dan imam qoid’ pasif atau yang tidak melawan pemerintahan melainkan hanya pemimpin spiritual dalam komunitas Syiah.” Baca Al-Azhar, Sunni dan Syiah Yang menjadi masalah kita terhadap ajaran mereka di antaranya adalah; penghinaan mereka kepada para Sahabat Nabi, gemar memalsukan hadis dan kepercayaan mereka adanya konsep tanâsukh pindahnya roh nabi kepada para imam mereka. Menurut Dr. Syams, ada tiga kata yang dapat mewakili sosok mereka, i Deviator penyimpang, ii Koruptor perusak, dan iii Fabrikator pemalsu. Lalu jika ingin ditelisik lebih dalam mengenai Syiah ideologi ini, kita akan menemukan konsep yang bernama Huseinsentris’. Dalam Kitab al-Ma’ārif karya Ibnu Qutaibah disebutkan silsiah sekaligus nama-nama istri dan keturunan Sayyidina Ali. “Putera dari seluruh istrinya berjumlah 21, tetapi yang ramai di telinga kita hanya Hasan dan Hussein, lalu yang sembilan belas kemana? Mengapa yang dinobatkan sebagai imam hanya dari garis keturunan sayyidina Hussein?,” ujar Dr. Syams. Jawabannya bisa ditemukan pada sebuah legenda versi mereka. Legenda yang mereka yakini benar-benar suatu peristiwa yang pernah terjadi dahulu kala. Bahwa Persia runtuh setelah diserang dan ditaklukan oleh muslim sejak masa Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq. Lalu disempurnakan pada zaman Sayyidina Umar bin Khattab. Dalam legenda tersebut disebutkan bahwa Raja Persia, Yazdegerd III memiliki seorang putra dan dua orang putri. Riwayat menyebutkan bahwa kedua putri raja tersebut dibawa ke Madinah sebagai tawanan perang. Kala itu sebagian sahabat mengingat pesan Rasulullah ﷺ, jika ada orang yang dihormati kaumnya, hendaknya para sahabat juga menghormatinya idza atâkum karîmu qawmin fa-akrimûhu . Karena putri-putri itu termasuk bangsawan yang disegani, maka mereka tidak ditawan, bahkan salah satunya, Shahrbanu dinikahkan dengan Sayyidina Hussein. Dari rahim putri Shahrbanu lahirlah seorang imam yang dikenal dengan Ali Zainal Abidin. Merupakan salah satu budaya penduduk Iran menyebut nama seorang putri bangsawan dengan sebutan penghormatan. Mereka menyebut Shahrbanu dengan sebutan bibi, sebutan untuk perempuan suci. Sampai sekarang warga Iran percaya bahwa makam Bibi Shahrbanu masih ada, sehingga didirikan di atasnya bangunan untuk menjadi tempat ziarah di Teheran bagian selatan. Mereka mempercayainya sebagai tempat mustajab yang bisa mengabulkan segala doa yang dipanjatkan para perempuan. Makam tersebut berada di atas puncak bukit di Teheran selatan. Ribuan wanita berdesakan di sekitar makam, menangis, mencari pelipur hati dan keberkahan. Bagi warga Iran, pernikahan Imam Hussein dengan Bibi Shahrbanu yang merupakan ibu dari imam Syiah yang keempat itu ditamsilkan sebagai pernikahan antara Iran dan Islam. Hasil perkawinan inilah yang melahirkan Syiah ideologi. Oleh karenanya dari perspektif sosiologis, papar Dr. Syams, Syiah adalah perkawinan antara iranisasi dan islamisasi, dan imamologi syiah bisa dilacak di sini. Mereka hanya menta’dzimkan keturunan imam Hussein, karena darinya bertemu darah biru Quraisy dan Persia. Pertemuan dua nasab ini menjadi pelumas berkembangnya Syiah. Baca Ketika Syiah Menguasai Mesir Ditambah lagi dengan terjadinya peristiwa Karbala, yaitu pada saat Sayyidina Hussein dan kerabat-kerabatnya tewas bertempur dalam pertempuran tidak seimbang antara pasukan Ibnu Ziyad Gubernur Kufah masa itu dan pasukan Sayyidina Hussein yang jumlahnya lebih sedikit lihat Tarikh al-Thabary, v/347-351. Tragedi tragis tersebut menjadi bahan bakar ideologi Syiah sekaligus sendi penyebaran ajaran mereka. Bahkan untuk memperingati Hari Asyura yang memilukan itu, komunitas Syiah di berbagai belahan dunia —ikut serta didalamnya komunitas Syiah Indonesia— mengadakan kegiatan seremonial dengan penyiksaan diri berdarah sebagai bentuk penebusan kesalahan masa lalu nenek moyang mereka. Keberadaan Syiah di Indonesia tidak berkesudahan menuai serang-menyerang dalam selimut antar umat Islam di bawah naungan ormas masing-masing. Jika dibiarkan, perkara ini mengancam persatuan agama dan kebangsaan. Ironisnya, mereka sangat berpegang teguh pada ajaran ideologinya dengan bertaqiyah menyembunyikan ke-Syiahannya dalam penyebaran dakwah. Suara mereka sangat sulit dideteksi sebab tidak mengaung lantang. Benda semu sebaiknya diterawang dengan penglihatan mikroskop, atau setidaknya tidak dengan kacamata yang sama semunya. Dalam bahasanya Dr. Syams, “Kalau kita memandang sesuatu yang eror dengan otak yang eror pula, maka negara akal sehat pun tak akan pernah terwujudkan”. Tawa para tamu undangan serentak menggemuruhkan aula. Sebelum penulis buku berjudul “Bukan sekedar Madzhab Oposisi dan Heterodoksi Syiah” itu menutup pemaparannya, beliau berpesan agar kita bersungguh-sungguh dalam belajar selagi kesempatan masih terbuka lebar di hadapan kita, karena dengan begitu kita akan mengetahui sesuatu dengan hakikat pengetahuan. “Sebagai mahasiswa Indonesia yang belajar di al-Azhar, hendaknya kalian juga mempelajari tentang Syiah. Sebab Syiah telah, masih dan akan hidup di antara masyarakat kita di Indonesia,” ujar Dosen Senior Pascasarjana UNIDA Gontor ini.* Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar Mesir dan Pimpinan Majalah Latansa Kairo periode 2017-2018
Bomguncang tempat komunitas Syiah Kabul berkumpul. REPUBLIKA.CO.ID,KABUL -- Sebuah bom meledak di Kabul, Ibukota Afghanistan, Sabtu Intisari Dari CatatanTABAYYUN KEPADA SYIAHSaya Dari Anti Syiah Menjadi Simpatisan SyiahOleh Akbar Nur Hasan Assalamu’alaikum.. Maaf sebelumnya jika tulisan saya ini dinilai kurang berkenan dan mengganggu. Saya hanya ingin mengajak anda bertabayyun kepada syiah melalui catatan yang saya buat ini berdasarkan hasil pembelajaran dan analisis saya terhadap ajaran syiah selama beberapa tahun lamanya. Tapi sebelum ini agar anda percaya bahwa saya tidak sedang bertaqiyah, maka saya awali dulu dengan bersumpah bahwa demi Allah, sampai dengan sekarang saya tidak pernah bertemu lalu berkenalan dengan orang - orang syiah, atau tidak ada satu orangpun yang pernah saya temui, mereka mengaku sebagai orang syiah. Jika saya berbohong, maka saya siap mati binasa dilaknat oleh Allah! Saya juga bersumpah bahwa demi Allah, tidak ada sedikitpun keuntungan materi yang saya dapatkan dari usaha membela mazhab syiah yang dizhalimi ini, tidak ada yang menyuruh saya, hal ini murni atas inisiatif pribadi, semata – mata karena Allah sekaligus demi kebaikan kita bersama di dunia ini & akhirat kelak. Oleh karena itu jika anda mengaku sebagai mukmin yang bijak, adil dan objektif, mukmin yang memegang teguh agama islam ini dengan kebenaran sejati seumpama menggenggam panasnya bara api, maka tidak ada salahnya untuk anda mau mempelajarinya. [SKIP]... [SKIP]... [SKIP]... Awalnya saya hanya tahu syiah sekedar nama dan hal - hal negatif mengenainya, sehingga sayapun menjadi orang yang anti syiah dan ikut pula mencaci maki mereka sebagai golongan yang sesat. Namun walau begitu, seingat saya, saya tidak pernah sekalipun sampai hati ikut – ikutan latah mengatakan bahwa syiah bukan islam, sebelum saya dapat mencari tahunya sendiri. Dari sinilah awalnya tergerak hati saya untuk mencoba bertabayyun kroscek kepada mereka walaupun itu hanya melalui media internet, karena saya tidak pernah bertemu secara langsung dengan orang – orang syiahnya sendiri. Setelah saya pelajari beberapa tahun lamanya 2015-2017 dengan perbandingan antara pendapat sunni baik yang pro maupun kontra terhadap syiah, dan dari pendapat syiahnya sendiri, hasilnya cukup mengejutkan dan membuat sedih hati ini, karena ternyata saya banyak menemukan fakta bahwa selama ini yang disebarkan oleh pihak - pihak anti syiah untuk menyerang paham syiah adalah dengan menggunakan hadits - hadits dha’if lemah, ma’udhu palsu, bahkan sengaja dipalsukan isi kitabnya oleh mereka. Pemalsuan ini utamanya ditemukan dari kitab - kitab syiah literatur induk yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa asing. Hal ini bukan saja diketahui dari hasil penelitian oleh pihak syiahnya sendiri, tetapi juga dari pihak sunni pun pernah meneliti dan melaporkannya demikian. Maka jika anda bertabayyun dengan membaca buku atau kitab - kitab syiah dari penerbit yang tidak atau kurang bisa dipercaya, yang dari bahasa arab kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa kita melayu/indonesia atau ke bahasa – bahasa lainnya, lalu melihat ada konten yang dinilai berlebihan dan tidak sesuai dengan akal sehat, itu bisa jadi kitabnya telah dipalsukan. Ini adalah salah satu bukti dari pemalsuan tersebut Pihak anti syiah itu telah berperilaku jahiliyah dengan mengutip hadits - hadits atau pernyataan dari kitab - kitab syiah yang isinya sangat melampaui batas, padahal setelah diteliti ternyata tidak seperti dalam kitab asli yang dirujuk. Mereka dengan keji mengubah, memotong dan membuat hadits - hadits atau pernyataan - pernyatan palsu hasil karangan mereka sendiri pada kitab - kitab syiah terjemahan. Beberapa contoh diantaranya 1 “Allah tidak tahu masa depan para hamba-Nya sedangkan para imam mengetahuinya”, ini pemalsuan dari kitab Ushulul Kaafi hal 40 sebagaimana kasyful Asrar hal 99 yang hasil pengkajiannya dapat dibaca pada link diatas. 2 “Ali adalah dzat yang awal dan yang akhir”, ini pernyataan Ali yang dikutip sepotong dan hanya bermakna kiasan saja. Selengkapnya 3 “Malaikat Jibril salah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad yang seharusnya diserahkan kepada Ali”, ini pernyataan dari syiah ghulat/ekstrim yang tidak ada hubungannya dengan syiah imamiyah di jaman ini. Selengkapnya Tapi menurut Ibu Emilia Renita AZ yang pernah difitnah berkata begitu dalam sebuah screenshot facebook, beliau membantahnya dan mengatakan bahwa tidak ada syiah ghulat itu, sehingga menurutnya hal tersebut hanyalah sejarah yang direkayasa. Namun sayang, dari pihak syiahnya sendiri banyak yang termakan manipulasi sejarah itu. 4 “Wanita syiah yang bersuami boleh di mut’ah secara bergilir oleh banyak pria dalam durasi waktu yang sangat singkat”, ini pemalsuan dari kitab Tahriir Al Wasiilah 2/265 masalah 17 yang link bantahannya terdapat di poin ke 4 tentang nikah mut’ah terkait dusta al-Amiry. 5 “Memakan tahi/kotoran para imam dijamin masuk surga”, ini pemalsuan dari kitabul anwar wilayah rasul Bab Thaharah, hal 440 yang bantahannya terdapat di poin ke 11. Dan sebagainya. Saya bersyukur dapat tahu atas syubhat yang dibuat - buat ini. Karena kebenaran lebih berharga dari apapun. Setidaknya karena ini saya berhenti menghujat syiah lagi. Jika anda berpikiran kritis dan sebelumnya pernah mendapati seperti 5 hal diatas, tentulah anda akan punya sedikit/banyak rasa curiga dan keraguan untuk mempercayainya. Karena logikanya, hampir mustahil syiah jika memang benar kesesatannya melampaui batas seperti itu, mereka bisa tetap eksis dan berkembang dari jaman dulu sampai dengan sekarang yang sudah berjalan selama ribuan tahun lamanya. Terlebih disisi mereka banyak sekali para habaib atau dzuriyyat ahlul bait nabi, alim ulama dan hafidzul Qur’an. Selengkapnya Baca disini Versi web => Versi PDF => NB Pernyataan ttg Syahadatnya syiah, Sholatnya syiah, Nikah mut’ah, Syiah mencaci maki para Sahabat, Syiah menyembah Ali sbg Tuhan, Syiah menabikan Ali, Taqiyah, Siapa saja ahlul bait, Siapakah Abdullah bin Saba, Al Qur’an syiah beda dgn sunni, tradisi menyiksa diri di hari asyura, syiah makan tai imamnya dijamin masuk surga, isu konflik suriah, dll semua itu sudah dibahas pada tulisan saya diatas. Jadi silahkan dibaca secara utuh utk menambah wawasan keagamaan anda dan dalam rangka bertabayyun kepada mazhab syiah. Jika anda tidak bersedia, maka jangan sampai anda menyalahkan takdir Allah atas banyaknya dosa besar dan balasannya yang akan menimpa anda di akhirat kelak. Salahkanlah diri anda sendiri, karena saya sudah pernah mengingatkannya namun anda acuhkan begitu saja. Atas perhatiannya terima kasih. b7e2ygH.