Jadijelas yg menjadi manusia adalah Firman Allah, bukan nature Allah itu sendiri. Nature Allah yg mengenakan nature manusia, itulah Yesus, Anak Allah, Firman Allah yg menjadi daging (manusia). Jadi tidak benar tuduhan bahwa orang Kristen mempunyai lebih dari satu Allah, Alkitab tdk pernah mengatakan seperti itu.
Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK Apakah sebenarnya Natal itu? Natal adalah hari kelahiran Kristus. Siapakah Kristus? Dia adalah Allah. Allah kok dilahirkan? Tidak! Yang dilahirkan adalah Ia yang menjelma menjadi manusia. Jadi Natal adalah peristiwa di mana Allah menjelma berinkarnasi menjadi manusia. Itulah yang dikatakan Kitab Suci. gadget, bisnis, otomotif Yohanes 114 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, …” Roma 95 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin! 1 Timotius 316 “…"Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia,…”. Pertanyaan bagi kita adalah mengapa Allah mau atau harus menjadi manusia di dalam Natal? Kitab Suci berkata bahwa semua manusia adalah orang berdosa. Roma 323 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” Dan Allah itu Allah yang adil sehingga Ia tidak akan membebaskan orang berdosa dari hukuman. Nah 13 - TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah….”. Dosa lalu mengikat manusia sehingga manusia tidak bisa melepaskan diri dari dosa. Karena Allah itu adil maka semua manusia harus dihukum oleh Allah dan hukuman Allah bagi dosa manusia adalah kebinasaan kekal dalam neraka. Wahyu 218 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua." Tentang neraka ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui. Pertama, Neraka itu merupakan suatu tempat yang nyata dan betul-betul ada. Ada banyak orang yang tidak percaya adanya neraka. Kalau mereka tidak percaya adanya neraka, saya justru yakin bahwa mereka akan masuk ke neraka. Pada saat itu mereka akan percaya akan adanya neraka, tetapi sudah terlambat! Kedua, Neraka adalah tempat di mana orang terpisah dari Allah selama-lamanya, tanpa bisa dipulihkan kembali. 2 Tesalonika 19 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” Padahal bersama Tuhan adalah sumber segala kebahagiaan sebagaimana kata Mazmur 1611 - “... di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa”. Ketiga, Neraka adalah tempat penyiksaan / penderitaan yang luar biasa hebatnya. Bahwa neraka adalah tempat yang demikian ditunjukkan lewat sejumlah ayat Kitab Suci perhatikan bagian yang saya tebalkan Matius 2546 - Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." Matius 1342 - Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Matius 2541 - Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Markus 947-48 – 47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, 48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Matius 2213 - Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Keempat, Penderitaan dalam neraka bersifat selama-lamanya. Wahyu 1411 - Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa,…." Jadi di dalam neraka tidak ada istrahat, tidak ada pengurangan rasa sakit dan juga tidak ada harapan untuk keluar dari sana. Kalau saudara masuk ke sana, saudara akan selama-lamanya ada di sana. Jonathan Edwards dalam khotbahnya yang terkenal Sinners in the Hands of an Angry God’ berkata tentang orang yang masuk ke dalam neraka sebagai berikut “Ini adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan / mengerikan untuk menderita kehebatan dan murka Allah yang mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi kamu harus menderitanya sampai kekal... kamu akan benar-benar putus asa untuk bisa mendapatkan pembebasan, akhir, pengurangan / peringanan hukuman, istirahat. Kamu pasti akan tahu bahwa kamu akan menjalani zaman-zaman yang panjang, berjuta-juta zaman, dalam pergumulan dan pertentangan dengan pembalasan hebat tanpa belas kasihan ini; dan bila kamu telah menjalaninya, bila begitu banyak zaman telah kamu lalui dengan cara ini, maka kamu akan tahu bahwa semua itu hanyalah satu titik dibandingkan dengan waktu yang tersisa. Dengan demikian hukumanmu itu betul-betul tidak terbatas”. Jadi kita semua yang berdosa seharusnya masuk ke dalam neraka ini, tanpa terkecuali, tidak peduli apa pun yang kita lakukan, berapa banyak pun perbuatan baik kita. Dosa tetap dosa yang harus dihukum oleh Allah yang Maha adil dan Maha suci. Tetapi Allah bukan hanya Allah yang adil dan suci, Dia juga Allah yang kasih. Karena Dia kasih, maka Dia tidak mau manusia mengalami penderitaan seperti ini selama-lamanya di neraka. Kasih-Nya membuat Ia mau membebaskan manusia dari hukuman dosa. Tetapi kalau manusia dibebaskan dari hukuman, berarti Allah menjadi Allah yang tidak adil lagi karena tidak menghukum dosa, dan Allah tidak mungkin melakukan ini. Di sini terdapat ketegangan dan kontradiksi’ antara keadilan dan kasih Allah. Bagaimana supaya Allah tetap adil dan kasih? Bagaimana supaya Allah tetap menghukum dosa dan pada saat yang sama manusia dibebaskan dari hukuman dosa? Jalan keluarnya adalah harus ada seorang pengganti yang siap menggantikan posisi manusia untuk menerima hukuman Allah supaya Allah tetap menghukum dan manusia tidak jadi dihukum. Pengganti itu haruslah memenuhi 2 persyaratan 1 Ia harus manusia. Karena manusialah yang berbuat dosa. Bukan binatang, bukan juga malaikat yang berbuat dosa melainkan manusia. 2 Ia harus tidak berdosa. Jika ia mempunyai dosa 1 saja, ia tidak layak menjadi pengganti. Ia sama seperti semua manusia lainnya yang membutuhkan pengganti. Lalu, di manakah mendapatkan seseorang yang memenuhi 2 persyaratan ini? Di dunia ini ada banyak manusia tetapi semuanya berdosa. Berarti syarat pertama dipenuhi tetapi syarat kedua tidak dipenuhi. Kalau begitu coba dicari di surga. Ada Allah di sana yang tidak berdosa, tetapi Ia bukan manusia. Berarti syarat kedua dipenuhi tetapi syarat pertama tidak dipenuhi. Jadi bagaimana? Semua manusia berdosa. Allah tidak berdosa tetapi Ia bukan manusia. Satu-satunya cara adalah Allah harus menjadi manusia. Karena Dia adalah Allah maka Dia tidak berdosa, dan karena Dia menjadi manusia maka sekarang ada manusia yang tak berdosa. Itulah manusia Yesus Kristus, manusia tidak berdosa itu. Ia datang ke dalam dunia untuk menjadi pengganti bagi kita dalam menerima semua murka / hukuman Allah atas dosa sehingga kita yang berdosa tidak jadi masuk neraka. gadget, bisnis, otomotif Inilah alasan mengapa Allah menjadi manusia. Inilah tujuan Yesus datang ke dalam dunia supaya Ia menjadi pengganti manusia berdosa dalam menerima hukuman Allah. Dan karena itu maka Ia menjadi Juru selamat dunia. Itulah sebabnya pada Natal yang pertama, gembala-gembala menerima berita sebagaimana dicatat dalam Lukas 210-11 – 10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa 11 Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Demikian juga kata-kata yang disampaikan malaikat kepada Yusuf “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Matius 121. Yesus ini pada akhirnya menerima seluruh murka Allah atas dosa seluruh umat manusia dengan kesengsaraan dan kematian-Nya di atas kayu salib, tetapi dengan itu Ia justru menjadi penyelamat dan penebus dosa manusia. Sekarang yang dituntut dari setiap orang adalah iman dan kepercayaan kepada Dia. Barang siapa percaya kepada Yesus, Yesus menjadi Juru selamatnya dan seluruh dosanya sudah dipikul Kristus dan karena itu maka orang seperti ini tidak akan pernah masuk ke dalam neraka melainkan akan menikmati hidup kekal di surga. Tetapi barang siapa yang tidak mau percaya/menolak Dia, Ia tidak menjadi Juru selamat atas mereka, Ia tidak membayar dosa-dosa mereka, merekalah yang harus membayar setiap dosanya hingga sen yang terakhir dengan terlempar ke dalam neraka untuk selama-lamanya. Yohanes 316 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sudahkah saudara percaya kepada Yesus Kristus? Sudahkah saudara mempunyai Sang Juru selamat itu di dalam hati saudara? Jika belum, Natal sama sekali tidak mempunyai arti bagi saudara. Jangan lewatkan Natal tahun ini tanpa Kristus menjadi Juru selamatmu. ALASAN ALLAH HARUS MENJADI MANUSIA YOHANES 114;1TIMOTIUS 316. Selamat Hari Natal!
Sedangkandalil syar'i yang menunjukan eksistensi Pencipta (menurut syekh Ibnu Utsaimin), bahwa seluruh aturan hidup yang Dia tetapkan menunjukan adanya Allah, dengan kesempurnaan ilmu, hikmah dan rahmat-Nya. Karena aturan hidup yang sangat teratur ini mengharuskan adanya Sang Pengatur, yakni Allah Ta'ala.
ArticlePDF Available AbstractArtikel ini bertujuan untuk menjelaskan apa motif dan tujuan teologis mengapa Allah menjadi manusia, dan bagaimana cara rasul Yohanes menjelaskan secara kontekstual, hingga dapat difahami oleh para pembaca dan pendengar, khususnya sebagaimana yang dijumpai pada prolog Injil Yohanes 11-18. Hasil penelitian adalah bahwa rasul Yohanes menggunakan istilah “Logos” untuk menjelaskan bagaimana prosesnya Allah menjadi manusia atau Firman yang menjadi daging; dengan tetap mengakar pada pemahaman Yudaisme dimana oleh Hokmah-Yahwe yakni melalui “Dabar Yahwe” telah menciptakan alam semesta kejadian 11. Yohanes memahami sebagaimana Allah oleh Firman-Nya telah menciptakan langit dan bumi dalam konsepsi dan pola pikir Yudaisme. Sebab itu Yohanes memperkenalkan ke-Illahi-an Yesus yang se-zat dan setara dengan Allah, sebagaimana Allah sama dengan Firman-Nya. Untuk menjelaskan hal itu, Yohanes memberitakan eksistensi Yesus Kristus sejak pra-eksistensi yakni sebelum kemenjadian Yesus Kristus menjadi daging, yakni pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, Yohanes 11 In the begining was the Word, and the Word was God. Kemenjadian Allah menjadi manusia adalah tindakan resposisi diri Allah untuk berkomunikasi dengan manusia berdosa dan bersifat final, setelah berulang kali Dia berfirman kepada manusia Ibrani 11-3. Sebab itu Yesus Kristus adalah sebagai kepenuhan Allah atau Pleromai Yohanes 116; Kolose 119. Maka berdasarkan fungsi dan eksistensi Yesus Kristus sebagai finalisasi kepenuhan Allah, maka Yesus Kristus menjadi sumber kasih karunia, sehingga hanya dalam Dia, kasih karunia Allah dapat diterima, bukan yang lain Yohanes 146. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis Ibelala Gea Abstract This article aims to explain the motive and the theological purpose why God became human, and how the apostle John explained contextually, to be understood by readers and listeners, especially as found in the prologue of the Gospel of John 1 1-18. Results of the study is that the apostle John uses the term "Logos" to explain how the process of God became man or the Word made flesh;to remain rooted in the understanding of Judaism which by Hokmah-Yahweh namely through "Dabar Yahweh" has created the universe Genesis 1 1. John understood as God by His Word created the heavens and the earth in conception and mindset of John introduces an all-divine Jesus se-substance and equal with God, as God is equal to His explain it, John preached the existence of Jesus Christ since the pre-existence that is before the becoming of Jesus Christ became flesh, that in the beginning was the Word, the Word was with God and the Word was God, John 1 1 In the beginning was the Word, and the Word was God.The becoming God became man is reposition act of God to communicate with sin man absolutely, after repeated He spoke to man Hebrews 1 1-3.Therefore, Jesus Christ is as the fullness of God or Pleromai John 116; Colossians 119.So based on the function and existence of Jesus Christ as the finalization of the fullness of God, Jesus Christ is the source of grace, so in Him, the grace of God acceptable not the others John 14 6 Keywords God and Human Abstrak Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan apa motif dan tujuan teologis mengapa Allah menjadi manusia, dan bagaimana cara rasul Yohanes menjelaskan secara kontekstual, hingga dapat difahami oleh para pembaca dan pendengar, khususnya sebagaimana yang dijumpai pada prolog Injil Yohanes 11-18. Hasil penelitian adalah bahwa rasul Yohanes menggunakan istilah “Logos” untuk menjelaskan bagaimana prosesnya Allah menjadi manusia atau Firman yang menjadi daging; dengan tetap mengakar pada pemahaman Yudaisme dimana oleh Hokmah-Yahwe yakni melalui “Dabar Yahwe” telah menciptakan alam semesta kejadian 11. Yohanes memahami sebagaimana Allah oleh Firman-Nya telah menciptakan langit dan bumi dalam konsepsi dan pola pikir Yudaisme. Sebab itu Yohanes memperkenalkan ke-Illahi-an Yesus yang se-zat dan setara dengan Allah, sebagaimana Allah sama dengan Firman-Nya. Untuk menjelaskan hal itu, Yohanes memberitakan eksistensi Yesus Kristus sejak pra-eksistensi yakni sebelum kemenjadian Yesus Kristus menjadi daging, yakni pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, Yohanes 11 In the begining was the Word, and the Word was God. Kemenjadian Allah menjadi manusia adalah tindakan resposisi diri Allah untuk berkomunikasi dengan manusia berdosa dan bersifat final, setelah berulang kali Dia berfirman kepada manusia Ibrani 11-3. Sebab itu Yesus ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 Kristus adalah sebagai kepenuhan Allah atau Pleromai Yohanes 116; Kolose 119. Maka berdasarkan fungsi dan eksistensi Yesus Kristus sebagai finalisasi kepenuhan Allah, maka Yesus Kristus menjadi sumber kasih karunia, sehingga hanya dalam Dia, kasih karunia Allah dapat diterima, bukan yang lain Yohanes 146. Kata Kunci Allah dan Manusia. PENDAHULUAN Formula Allah menjadi manusia adalah sesuatu yang impossible, karena tidak masuk akal, sebab bagaimana mungkin Allah yang adalah Roh menjadi daging. Konsepsi pemikiran ini dianut oleh Gnostisme dan Hellenisme Yunani ketika Yohanes menjelaskan Allah menjadi manusia sebagaimana tertera dari prolog Injil Yohanes 11-18. Demikian juga pada masa kini, jangankan orang yang bukan Kristen, umat Kristen saja pun masih memandang hal itu sesuatu yang irrasional. Di kalangan para mahasiswa, khususnya yang sedang studi teologi, menurut pengamatan peneliti masih ditemukan yang belum memahami dengan benar dan baik sekaitan tema tersebut. Jika para mahasiswa sajapun masih belum memiliki pemahaman yang benar dan baik tentang tema Allah menjadi manusia sebagaimana diungkapkan dalam Alkitab, khususnya Injil Yohanes, bagaimana pula dengan warga jemaat yang adalah kaum awam terhadap teologis. Sebab itu tema ini masih relevan untuk diperbincangkan, terutama untuk memahami secara kontekstual apa sebabnya penginjil Yohanes menjelaskan konsepsi Allah menjadi manusia dengan para pendengarnya orang-orang Yahudi yang telah terkontaminasi dengan konsepsi dan pola pikir Yudaisme-Hellenisme, dan mereka yang non-Yahudi beserta konsepsi berpikir Gnostisisme dan Docetisme. Sesungguhnya Yohanes, dia sedang menghadapi pola pikir dan konsepsi berpikir Yudaisme-Hellenistis, Gnostisisme dan Docetisisme. Maka Yohanes menggunakan situasi pola pikir dan konsepsi tersebut sebagai strategi supaya penjelasannya dapat difahami secara kontekstual. Kelihatannya Yohanes sedang menghadapi ajaran sesat dimasa itu, sehingga ia berjuang menjelaskan berita Injil sedemikian rupa supaya mudah difahami oleh orang-orang yang mendengarkan ajarannya. Hal itu didukung oleh pendapat Dave, sebagai penafsir Injil Yohanes IBELALA GEA KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 1-5 yang mengatakan “Yohanes memang mempunyai maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak merugikan demi kepentingan teologinya. Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dalam sejarah yang benar. Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya di menghadapi suatu kecenderungan ajaran sesat”.Maka jika diperhatikan sejarah bahwa ajaran yang berkembang dengan pesat dimasa Yohanes adalah faham Gnostisisme, mengajarkan bahwa Allah adalah berada di dunia roh karena Dia adalah suci dan tidak mungkin Dia hadir di dunia materi yang jahat dan buruk ini. Sedangkan manusia yang berada di dunia materi tidak gampang memasuki dunia roh, harus memiliki sejumlah kemampuan seperti memiliki pengetahuan yang tinggi, bukan pengetahuan intelektual melainkan pengetahuan yang bersifat misteri dengan yang illahi serta memperoleh percikan illahi. Dari keyakinan Gnostisisme tersebut, Yohanes mau meyakinkan bahwa Allah yang maha suci itu telah menjadi daging atau manusia di dalam pribadi Yesus Kristus dengan menjelaskannya melalui konsepsi dan pola pikir Hellenisme dan Gnostisisme seperti Logos. Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes anak Zebedeus, salah seorang murid yang paling dekat dengan Yesus diantara keduabelas muridNya dan termasuk seorang dari antara para rasul yang memimpin gereja perdana. Dimana Injil Yonanes menurut keterangan para bapa gereja menyatakan “Kitab Injil ditulis oleh Rasul Yohanes pada akhir kehidupan yang panjang dan kebanyakan para ahli mengatakan bahwa waktu penulisan itu antara tahun 70 dan 100 Yohanes memiliki ciri khas tersendiri, baik dari segi bahasa, pola pikir maupun pendekatan atau strategi yang digunakan untuk menjelaskan tentang Yesus Kristus sebagai Anak Allah, Juruselamat dunia bahkan sebagai Kurios atau Tuhan. Latar belakang para pembaca dan penerima Injil Yohanes adalah orang-orang Yahudi dan non-Yahudi. Orang Yahudi yang dimaksud sebagai alamat yang dituju dalam penulisan Injil Yohanes adalah orang-orang Yahudi yang pola pikir mereka telah terkontaminasi dengan budaya Yunani-Hellenisme. Yohanes menjelaskan Yesus Kristus kepada mereka bertitik-tolak dari pola pikir dan pemahaman Hellenisme, walaupun tidak mengabaikan akar ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 keyakinan mereka dari budaya Yudaisme, sebab Yesus Kristus tidak akan dapat difahami dan dimengerti dengan baik jika dilepaskan dari akar keyakinan Yudaisme. Karena Yesus dinubuatkan, lahir, besar, berkarya melayani, melaksanakan misi-Nya sebagai Mesianis di dalam konteks Yudaisme. Sebab itu Yohanes memperkenalkan Yesus Kristus dengan seperangkat akar keyakinan Yudaisme tentang Allah tetapi dengan memakai bahasa dan pola pikir Hellenisme, yang pasti pola pikir filsafat Yunani sangat dominan di dalamnya. Pemberitaan Injil Yohanes tentang Yesus Kristus berbeda dengan Injil Sinoptis yang memberitakan Yesus Kristus dimulai sejak kelahiran-Nya, tetapi Yohanes jauh sebelum peristiwa kelahiran, dikenal dengan istilah pra-eksistensi. Penjelasan Yohanes dimulai dengan sebelum kemenjadian Yesus menjadi manusia. Sebaliknya Injil Sinoptis tidak menjelaskan Yesus dari aspek pra-eksistensi. Melainkan, Injil Matius dan Lukas hanya memberitakan kelahiran Yesus Kristus dengan batas terdekat dengan pra-eksistensi, yakni ketika kelahiran Yesus diberitakan melalui Roh Kudus yang menaungi Maria dengan membuahi rahimnya Matius 120, Lukas 135. Sebab itu dapat dimengerti bahwa penginjl Matius dan Lukas memberi penjelasan bahwa kemenjadian Yesus sebagai manusia tidak hanya dimulai di kandang domba di Betlehem-Efrata melainkan dimulai sejak di rahim atau kandungan Maria Matius 119. Karena itu menjadi pembelajaran bagi para pembaca bahwa Yesus Kristus menjadi manusia bukan dimulai di kandang domba sebagaimana sering diungkapkan pada liturgi dan atau pada renungan saat-saat hari natal, melainkan dimulai sejak dari rahim Maria, sebab di situlah Yesus menjadi manusia. Karena itu penderitaan Yesus sudah dimulai sejak dari dalam kandungan Maria. Penginjil Markus sama sekali tidak mewartakan tentang kelahiran, apalagi masalah pra-eksistensi, justeru yang diberitakan Markus adalah soal permulaan Injil Yesus Kristus Markus 11. Hal ini juga menjadi pembeda dan ciri khas Injil Markus dari pada Injil lainnya. Markus hendak mengatakan bahwa sudah tiba saatnya tergenapi nubuat Nabi Yesaya dimana Yesus sebagai Mesias hadir sebagai penggenapan nubuatan Perjanjian Lama yang solid dengan manusia berdosa. Sebab itu baptisan Yesus bukan karena Ia berdosa, melainkan menyamakan diri- IBELALA GEA KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 Nya dengan orang berdosa. Pengungkapan pemberitaan pra-eksistensi Yesus, justru disampaikan oleh Rasul Paulus dengan mengatakan bahwa Yesus adalah Plerauma atau kepenuhan Allah Kolose 115-20. Sebab itu sering dikatakan ada kesamaan teologia Rasul Yohanes dengan Rasul Paulus. Penjelasan Rasul Yohanes tentang pra-eksistensi Yesus dalam Injilnya adalah dilatarbelakangi dengan konsepsi dan pola berpikir hokmah-hikmat-Yudaisme. Literatur menyatakan bahwa eksistensi dan fungsi hokmah-Jahwe atau Hikmat Allah adalah sama dengan Dabar-Yahwe atau Firman Allah. Dimana istilah bara’ dalam bahasa Ibrani senantiasa menunjuk kepada Allah, yang mana Allah menciptakan langit dan bumi - Kejadian 11, bermakna menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Sesuatu yang baru sama sekali, tanpa bahan dasar, dan dapat mengandung pengertian kreatif, maka kata bara dalam bahasa latin disebut Creatio Ex Nihillo’. Namun dalam penciptaan mengenai manusia dipakai kata yasar’ artinya “membentuk” dan “mencetak” dari bahan yang telah tersedia. Manusia dibentuk Allah dengan tangan-Nya sendiri dari bahan debu tanah Kejadian 27. Dimana manusia menjadi ujud dan rupa yang spesifik yang berbeda dengan ciptaan yang lain. Istilah debu’ dalam bahasa Ibrani apar’ dan tanah’ disebut adama’. Sedangkan Allah dalam menciptakan manusia dipakai istilah YHWH’ yang berati TUHAN. Maka selengkapnya adalah, TUHAN ALLAH membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup kedalamnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup Kejadian 27. Jika Hokmah Yahwe atau Hikmat Allah adalah sama dengan Dabar Yahwe yang adalah Firman Allah, Ia berpribadi, bekerja di luar diri Allah atas perintah Allah, namun Hokmah Yahwe atau Dabar Yahwe bukanlah oknum yang lain dari Allah. Dia adalah Allah sendiri yang dapat menjelma dan hadir di tengah-tengah manusia. Dabar Yahwe atau Hokmah Yahwe itu tergambarkan pada Amsal 812, 22-36, yaitu Aku, hikmat tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan. Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 bumi ada........dst. Hokmah Yahwe ini diterima oleh Raja Sulaeman Amsal 1815 dan diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai Raja. Kemudian di dalam budaya Hellenistis dan konsepsi serta pola pikir Gnostisisme ada pemahaman tentang logos. Di mana difahami bahwa logos adalah bersifat Maha Ada atau The Ultimate Being yang selalu bergerak, dimana dalam pergerakannya itu logos mencipta, sehingga ia menjadi asal mula sesuatu. Dalam pergerakannya Logos melakukan emanasi’ yaitu memercikan diri sehingga timbullah logos kecil yang eksistensinya dan fungsinya berada di bawah logos besar. Itulah sebabnya ketika Yohanes memperkenalkan Yesus Kristus kepada pendengarnya yaitu orang Yahudi dan non-Yahudi yang telah terkontaminasi oleh konsepsi dan pola pikir Hellenistis dan Gnostisisme maka pemahaman mereka tentang siapa Yesus Kristus adalah kurang lebih sama dengan konsepsi logos dalam pemahaman gnostisisme. Pada zaman Yohanes, gnostisisme merupakan gerakan keagamaan yang sangat berpengaruh. Konsepsi dan pola pikir gnostisisme didasarkan atas kepercayaan bahwa ada dua dunia, yaitu, pertama dunia roh tempat Allah berada adalah dunia yang suci; kedua dunia materi tempat manusia berada adalah tempat yang jahat dan buruk. Para penganut gnostik berpandangan bahwa Allah yang Maha Suci itu tidak berhubungan dengan dunia materi. Sebab itu jika manusia ingin bahagia harus berupaya meloloskan diri dari dunia yang jahat dan buruk ini, dimana satu caranya adalah dengan bertapa atau askese. Para pengikut gnostisisme memahami bahwa kesempatan untuk meloloskan diri dari dunia materi adalah pada waktu kematian yaitu dimana roh meninggalkan raga. Namun diyakini bahwa tidak semua manusia bisa lolos memasuki dunia roh, kecuali telah memiliki percikan illahi, jika tidak maka akan kembali ke dunia materi menjalani kehidupan jasmani yang tidak bermakna. Sebab itu gnostik mengajarkan manusia harus memiliki pengetahuan intelektualitas, tetapi pengetahuan, pengalaman secara mistik yang langsung denga Allah yang Maha Suci. Artinya, pemahaman para pendengar Yohanes memiliki konsepsi dan pola pikir bahwa ke-Illahi-an Yesus ditempatkan berada di bawah derajat ke-Illahi-an Allah. Maka misi Yohanes adalah bertugas menjelaskan bahwa ke-Illahi-an Yesus tidak sama dengan konsepsi logos IBELALA GEA KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 gnostisisme. Yohanes menjelaskan ke-Illahian Yesus bertolak dari konsepsi Hokmah Yahwe dan Dabar Yahwe Yudaisme. Akan tetapi supaya formula Kristologi itu kontekstual, maka Yohanes menjelaskannya dengan menggunakan konsepsi, bahasa dan pola pikir gnostisisme, dimana untuk kata Hokmah Yahwe diganti dengan kata Logos yang berarti The Word of God, sama dengan Kalam atau Firman Allah, maka lahirlah kalimat Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, Firman itu telah menjadi daging LAI menterjemahkannya daging = manusia. Yohanes 11 Ἐν ἀρχῇἦν ὁλόγο, καὶὁλόγο ἦν πρὸ ὸν θεόν, καὶθεὸ ἦν ὁλόγο. Yohanes menulis Injilnya dengan tujuan terlihat pada Yohanes 2030-31, bahwa “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”. Artinya Yohanes hendak memberitakan bahwa kebahagiaan yaitu hidup kelal bukan pada kepercayaan sebagaimana faham gnostisisme, melainkan hanya dalam nama Yesus, Dialah Mesias yang dinanti-nantikan bangsa Yahudi. Hal ini didukung oleh Leo kata daging adalah sarks αρξ yang berarti bersifat duniawi, fana, tetapi dapat juga diartikan manusia. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa Firman yang telah menjadi daging adalah sama dengan Firman yang telah mendunia atau membumi, karena telah menjadi manusia. Penjelasan Yohanes bahwa Firman atau Allah menjadi manusia sangat bertentangan dengan kepercayaan kaum Gnostisisme dan Docetisme. Allah menjadi manusia itu berarti Allah menyatakan diri-Nya, yang selama ini dalam kepercayaan Gnostisisme dan Docetisme, Allah hanya bertakhta atau berada di singgasana sorga. Tetapi sekarang lebih hadir di tengah-tengah manusia Yohanes 114,18. Yohanes hendak mengatakan bahwa Firman itu adalah Allah dan Allah itu adalah Yesus Kristus yang adalah Juruselamat manusia adalah sama dengan Allah. Agaknya pemikiran para pendengar Yohanes sudah familiar dengan filsafat Phythagoras yang dapat dikatakan demikian “Jika a sama dengan b, dan b sama dengan c, ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 maka dipastikan bahwa a sama dengan c”. Pola pikir ini kelihatannya Yohanes gunakan sebagai metodenya untuk menjelaskan kesamaan hakekat Firman Allah dengan Yesus Kristus, tujuan penggunaan pendekatan ini oleh Yohanes adalah supaya penjelasan Kristologinya kontekstual. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna, motif dan tujuan teologis Allah menjadi manusia, dan bagaimana cara Yohanes menguraikan secara kontekstualitas, hingga dapat difahami dan diterima oleh para pendengar berita Injil, khususnya prolog Yohanes 11-18. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kajian pustaka Library Research. Dengan meneliti makna dan tujuan, motif teologis Allah menjadi manusia menurut versi konsepsi Injil Yohanes, serta meneliti buku-buku yang berhubungan dengan Injl Yohanes. ALLAH MENJADI MANUSIA Setelah memaparkan latar belakang pada tulisan ini dan pola pikir yang terdapat pada prolog Injil Yohanes 11-18 sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan tulisan ini. Maka selanjutnya akan mengungkapkan apa tujuan dan motif teologis mengapa Allah menjadi manusia. Secara fakta apa tujuan dan motif Allah menjadi manusia, peneliti mengungkapkan bahwa ada 2 dua garis besar tujuan dan motif Allah menjadi manusia yaitu 1. Tindakan Allah yang selalu mereposisi diri dalam berkomunikasi dengan manusia yang berdosa. IBELALA GEA KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 Istilah Allah mereposisi diri, Peneliti mendasari pemikiran dari apa yang diungkapkan oleh penulis surat Ibrani 11-2, yang berbunyi “Setelah pada zaman dahulu Allah berulangkali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan Nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia, Allah telah menjadikan alam semesta”. Terjemahan Holy Bible, New KING James Version NKJV seperti berikut “God, who at various times an in various ways spoke ini time past to the fathers by the Prophets, has in these last days spoker to us by His Son, whom He has appointed heir of all things, through whom also He made the worlds”. Pertanyaan yang mesti diajukan adalah mengapa Allah berulangkali dan dalam berbagai cara berbicara atau berkomunikasi dengan manusia? Ternyata bahwa manusia sulit menangkap, mengerti dan memahami tujuan, motif dan kehendak Allah. Kendatipun Allah telah berfirman secara verbal, tetapi Firman yang disampaikan secara lisan itu tidak dimengerti oleh manusia. Kemudian Allah berfirman secara tertulis, hal itu terlihat pada Firman-Nya Taurat, namun Firman itu juga tidak dapat dimengerti, apalagi dilakukan dengan benar oleh manusia. Allah kemudian berfirman melalui perantaraan, Idomatum Verbum Dei, melalui hakim-hakim, raja-raja, nabi-nabi bahkan melalui peristiwa. Akan tetapi manusia juga tidak mengerti dan tidak memahami tujuan dan motif teologis mengapa Allah yang adalah Firman mau menjadi manusia. Akhirnya Allah berfirman kepada manusia dengan cara berinkarnasi, Allah menjadi daging yaitu dalam pribadi Yesus Kristus. Inkarnasi dari bahasa Latin yakni incarnatio, dimana in artinya “masuk ke dalam” dan carno atau carnis artinya “daging”. Dengan demikian inkarnasi adalah tindakan Yesus Kristus masuk ke dalam daging, Ia benar-benar manusia, lahir dari seorang perempuan Galatia 44, artinya Ia sungguh-sungguh manusia, dilahirkan sebagaimana manusia dilahirkan dari rahim ibunya. Itulah sebabnya dalam pengakuan iman rasuli dikatakan bahwa Ia lahir dari anak dara Maria. ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 Berkaitan dengan Allah menjadi manusia dalam Yesus Kristus, maka Dave Hagelberg, berpendapat Dengan kata dalam berbagai cara’ penulis surat Ibrani bermaksud menyatakan bahwa dahulu Firman Allah disampaikan melalui mimpi, penglihatan, beban para nabi, sejarah yang ditulis, berita dari malaikat dan sebagainya. Tetapi bagaimana jika semuanya ini dibandingkan dengan pernyataan Tuhan Yesus, Firman Allah yang hidup dan pengajaran-Nya? Memang semua cara yang digunakan Allah tersebut mulia, namun tidak sebanding dengan pernyataan Allah sendiri, yaitu Firman yang hidup, Yesus Kristus, Tuhan Allah, dengan berkomunikasi kepada manusia melalui cara yang tidak ada tandingannya yaitu reinkarnasi atau menjelma menjadi daging atau manusia dalam Yesus Kristus. Penekanan Yohanes yang hendak mendeskripsikan pribadi Kristus, ditegaskan oleh J. Wesley, bahwa “Semua orang mengakui bahwa Yohanes mempertahankan ke-Tuhan-an Kristus. Ia berkata, Firman itu adalah Allah’ dan menyebut Yesus Anak Tunggal Bapa’. Orang-orang Farisi telah membenci Yesus karena Ia mengatakan diri-Nya Anak Tunggal Bapa’, Yohanes yakin bahwa Yesus dari Nazaret adalah Anak Allah. Maksud keempat Injil ialah menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Allah-Manusia’, Immanuel, Allah beserta kita, Juruselamat manusia”.Sebab itu keyakinan Kristen, bahwa “Firman Allah yang sejati adalah Tuhan Yesus Kristus, sebab Ialah Firman Allah yang telah menjadi mengatakan bahwa “Logos ada pada mulanya, dan bahwa Ia bersama-sama dengan Allah dan Ia adalah setiap cara dan strategi Allah berfirman kepada manusia, Ia selalu mereposisi diri, itu menunjukkan bahwa Allah berfirman bukan hanya dari singgasana keIllahian-Nya saja yang jauh di tempat yang maha tinggi. Akan tetapi Allah juga turun ke bumi, menyatu dengan keberadaan hidup manusia, baik kepada seseorang sebagai pribadi atau sebagai representasi umat, maupun kepada umat-Nya secara kolektif. 2. Allah mengambil rupa manusia untuk memperbaiki citra manusia IBELALA GEA KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 Pemahaman Allah mengambil rupa manusia didasarkan pada Kristologi Kenotic Paulus, yakni bahwa Allah mengosongkan diri mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia Filipi 25-8. Ketika Adam diciptakan, ia diciptakan segambar dengan Allah atau Imago Dei Kejadian 126-27. Akan tetapi dengan pelanggarannya dan kejatuhannya ke dalam dosa, Adam manusia yang pertama itu, telah gagal sebagai Imago Dei. Rupa Allah di dalam diri manusia telah rusak oleh perbuatan dosanya. Berhubung oleh karena yang menciptakan manusia itu adalah Allah, maka Allah sendirilah yang menjadi pemilik manusia. Sebab itu adalah kepentingan Allah sendiri untuk memperbaiki atau merestorasi dan merehabilitasi keberadaan manusia. Tujuannya agar manusia tidak berada di bawah bayang-bayang maut atau hukuman atas dosa. Allah sangat berkehendak supaya citra manusia, sebagai ciptaan dan kepunyaan-Nya kembali utuh. Melalui tindakan itu Allah menunjukkan diri bukan hanya sekedar pencipta, creator, melainkan sekaligus juga sebagai pemelihara atau providentia Dei dan sebagai Soter atau penyelamat. Oleh karena manusia telah gagal sebagai Imago Dei, maka Allah di dalam diri Yesus Kristus mengambil rupa manusia, sehingga ia segambar dengan manusia atau Imago-humanis dan menjadi manusia. Karena itu dari pihak Allah, Yesus adalah diri-Nya sebagai Imago-humanis Filipi 27, sedangkan dari pihak manusia, Yesus adalah Imago Dei Filipi 26; Kolose 115 yang benar dan sempurna, dimana Yesus kemudian diposisikan sebagai Adam kedua. Maka untuk mengetahui dan memahami keutamaan-Nya, Ia pun disebut sebagai atau dibandingkan dengan Adam yang pertama Roma 514; 1 Korintus 1521, 22 - 45. Sekarang dapat dikatakan bahwa baik tindakan, tujuan dan motif Allah mereposisi diri maupun mengambil rupa manusia adalah sama-sama mengandung makna teologis yakni Allah menunjukkan solidaritas dan keberpihakan-Nya kepada manusia yang menderita akibat keberdosaan itu. Sesungguhnya tindakan solidaritas dan keberpihakan Allah itu telah dimulai sejak manusia jatuh kedalam dosa. Akan tetapi solidaritas dan keberpihakan tersebut terlaksana secara ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 sempurna di dalam Yesus Kristus yang lahir ke dunia, mengalami penderitaan di kayu salib, mati dan bangkit untuk keselamatan manusia. Dengan demikian motif dan tujuan “Allah menjadi manusia” adalah karena kasih-Nya, supaya manusia dan seluruh dunia selamat Yohanes 316. Terkait dengan konsepsi dan keyakinan bahwa Kristus adalah Allah yang telah menjadi manusia, namun berbagai pandangan spekulatif yang menyangkal hal itu, terutama dari pihak yang tidak mengakui bahwa Yesus adalah Allah. Dengan mengatakan bahwa yang menjadi daging bukanlah Allah, melainkan hanyalah Firman-Nya, dan Firman-Nya itu adalah Yesus, oleh sebab itu Yesus tidaklah identik atau sama dengan Allah. Pemahaman ini berasumsi bahwa Firman Allah bukan zat atau dhat Allah, melainkan hanyalah satu dari sifat Allah. Pemaham seperti ini tidak dikenal dalam kitab suci atau Alkitab. Alkitab dan tradisi Yudaisme mengajarkan bahwa memang Allah memiliki Firman seperti Dia juga memiliki Roh, sehingga disebut Firman Allah atau Roh Allah. Akan tetapi Firman Allah atau Roh Allah bukanlah pribadi lain dari Allah dan bukan pula sifat dari Allah. Firman itu zat dhat Allah dan Allah sendiri, Roh itu adalah zat dhat Allah dan Allah sendiri juga Yohanes 424. Sebab itu, jika dikatakan Firman telah menjadi daging, itu berarti sama dengan Allah menjadi daging. Masalah lain yang sering dilontarkan oleh para pemikir spekulatif adalah bahwa jika Allah telah menjadi manusia, bukankah hal itu terjadi selama umur Yesus 33 Tahun di bumi ini, Allah menjadi manusia? Dan seiring dengan itu, berarti pula bahwa Allah tidak menempati singgasana-Nya di surga? Demikian juga ketika Yesus mati, maka bukankah itu sama dengan Allah juga sudah mati? Logika dan rasio manusia belaka yang digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu guna menruntuhkan keyakinan Kristen. Perlu dihayati bahwa iman Kristen tidak selamanya berdasarkan rasio dan logika melulu, bahwa adakalanya rasio dan logika sulit digunakan untuk memahami dan menerima karya dan perbuatan Allah yang maha kuasa itu. Rasio dan logika manusia sangat terbatas sedangkan hikmat Allah tidak terbatas, bahkan melampaui rasio dan logika manusia. Itulah sebabnya bagi manusia selalu ada yang mustahil, sedangkan bagi Allah tidak ada yang mustahil. Oleh sebab itu IBELALA GEA KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 dalam teologi Kristen dikenal pemahaman bahwa ada 3 tiga sifat kehadiran Allah, yaitu a. Transenden, yakni maha hadir atas segala-galanya. b. Immanen, yakni dekat dan melekat dengan kehidupan manusia c. Omnipresent, yakni hadir di mana-mana pada tempat yang berbeda tetapi pada waktu yang sama. Dengan demikian sekalipun Allah menjadi manusia didalam Yesus Kristus, itu bukan berarti Allah tidak berada di sorga, dan sekalipun Yesus pernah mati, itu bukan berarti Allah telah mati, sebab Allah itu Omnipresent dan bagi dia tidak ada yang mustahil, HASIL PENELITIAN Untuk menjelaskan hasil penelitian pada penulisan artikel ini, ditemukan hasil setelah menelusuri apa motif dan tujuan teologis Allah menjadi manusia menurut versi konsepsi Injil Yohanes dan elaborasi dengan berbagai sumber literatur yang relevan, maka hasilnya adalah sebagai berikut 1. Rasul Yohanes sengaja menggunakan istilah Logos’ untuk menjelaskan Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, karena pendengar atau penerima Injilnya adalah orang-orang Yahudi yang ada di luar Palestina dan juga orang-orang yang non-Yahudi yakni orang Yunani yang telah menjadi Kristen. Akan tetapi pola pikir mereka telah dipengaruhi oleh budaya dan filsafat Yunani Hellenisme beserta ajaran Gnostisisme. Maka pemberitaan Injil Yohanes mengenai tema Firman telah menjadi manusia dan atau atau Allah menjadi manusia agar lebih kontekstual, maka Yohanes menjelaskan tema tersebut sesuai dengan pola pikir dan pemahaman yang dapat diterima pada masa itu. Salah seorang Filsuf Yunani bernama Phytagoras, dikenal sebagai ahli matematika yang merumuskan hukum Geometri dan dikenal dengan Dalih Phytagoras, yang menjelaskan bahwa dalam segitiga siku-siku jumlah kuadrat dari sisi terpanjang sama atau sebanding dengan jumlah kuadrat dari sisi-sisi lainnya. Filsafat Phytagoras yang alur pikirannya dapat dianalogikan bahwa jika a sama dengan b, dan b sama dengan c, maka a ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 pasti sama dengan c. Maka ketika Yohanes menjelaskan pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan Firman itu telah menjadi manusia daging’, maka penjelasan itu adalah kontekstual, karena familiar dengan para pendengarnya. 2. Yohanes sesungguhnya memahami bagaimana Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam konsepsi pola pikir Yudaisme sebagaimana dijumpai pada Kejadian 11, Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi atau In the begining God created the heaven and the earth. Di mana melalui hikmat, Allah dengan menciptakan langit dan bumi. Yohanes pun memperkenalkan keIllahian Yesus Kristus yang setara dengan Allah, itulah sebabnya dia memulai penjelasan dalam Injilnya dengan menjelaskan keberadaan Yesus sejak pra-eksistensi. Hal itu terjadi tidak lain dilatarbelakangi oleh konsepsi dan pola pikir hokmah-hikmah Allah dalam konsepsi Yudaisme. Di mana hikmat Allah adalah sama dengan Dabar’ Yahwe atau Firman Allah, yang mana Allah menciptakan langit dan bumi dalam kejadian 11 yang bermakna menciptakan alam semesta dari yang tidak ada menjadi ada atau Creatio Ex-Nihillo. 3. Nampaknya ada persamaan konsepsi teologis rasul Yohanes dengan rasul Paulus dalam menjelaskan misi Mesianis Yesus Kristus, di mana keduanya mengakui bahwa Kristus adalah kepenuhan Allah Yohanes 116; Kolose 119. Kemudian berdasarkan fungsi dan eksistensi Yesus sebagai kepenuhan Allah, maka Kristus menjadi sumber kasih karunia, sehingga dari pada-Nyalah kasih karunia Allah diterima. Sebab itu kasih karunia dan keselamatan dunia hanya dapat diterima dari Yesus Kristus Yohanes 146. Perealisasian kasih karunia dan keselamatan itu dinyatakan pada peristiwa Firman menjadi manusia dalam Yesus Kristus. Oleh sebab itu, inti pokok semua Kristologi dijelaskan oleh Yohanes sejak pra-eksistensi, kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. IBELALA GEA KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 Dari penjelasan ini menginspirasi para teolog merumuskan ulang pesan teologi sebagaimana dijumpai dalam Alkitab untuk mewartakan pada masa kini secara membumi dan itulah yang dikenal dengan istilah Teologi Kontekstual, dengan tujuan agar para pendengar lebih mudah memahami dan menerimanya. PENUTUP Melalui hasil penelitian artikel ini, perlu disampaikan pesan teologis atau refleksi teologis, yakni a. Allah sangat gigih berjuang, berusaha untuk menyelamatkan manusia dari kejatuhan dalam dosa. Kegigihan dan perjuangan selalu ditandai dengan kerelaan, kesetiaan dan pengorbanan. Hal itu telah dilakukan oleh Allah ketika Dia berinkarnasi dalam pribadi Yesus Kristus. Perbuatan Allah itu berpuncak pada kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, dan tindakan itu diungkapkan dalam satu kata yakni “menebus”, Allah telah menebus manusia dari perbuatan dosa dan telah dibayar lunas dengan harga yang sangat mahal 1 Korintus 620. b. Manusia yang telah menerima kasih karunia keselamatan itu, apa responnya, dia bersyukur, bersukacita, memuliakan Allah melalui seluruh aktivitas kehidupan. Hal ini menjadi sentral, mengapa orang Kristen merayakan natal, karena peristiwa natal adalah peristiwa Illahi, di mana Allah solider, berpihak kepada manusia berdosa, yang tertindas dan menderita. Allah tidak memperhitungkan kesalahan manusia. Kasih karunia keselamatan diberikan kepada siapapun baik Yahudi maupun non-Yahudi; golongan menengah ke atas atau golongan menengah ke bawah; golongan cendekiawan atau orang yang tidak berpendidikan sekalipun; masyarakat biasa, papa, hina dan jelata; semua mendapat kasih karunia keselamatan dari Yesus Kristus. Sebab itu, segala hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan, ibadah, ritus atau untuk mempertahankan dan meraih reputasi sosial sama sekali tidak menjadi pertimbangan di dalam Misi Mesianis Yesus Kristus. Kasih karunia dan keselamatan ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016 diberikan semata-mata hanya berdasarkan belas kasihan. Sebab itu perayaan natal dilakukan seiring dengan motif dan tujuan teologis dari Misi Mesianis yang diperbuat oleh Allah, direalisasikan pada pelayanan pendidikan, pembelajaran, perbuatan dan pengorbanan. Endnote Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes Pasal 1-5, Yogyakarta Yayasan Andi, Bruce Milne, Yohanes - Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat Agung Alkitab Masa Kini, Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993, John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta PT. BPK Gunung Mulia, 2006, Leo Morris, The Gospel According to John, WMB Erdmans Publishing Co Grand Rapida Michigan, 1971, hlm. 8-15 Dave Hagelberg, Tafsiran Ibrani dari Bahasa Yunani, Bandung Kalam Hidup, 2003, J. Wesley Brill, Tafsiran Injil Yohanes, Bandung Kalam Hidup, 1976, Harun Hadiwijono, Inilah Sahadatku, Jakarta BPK Gunung Mulia, 2001, Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru,Jawa Timur Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996, DAFTAR PUSTAKA ALKITAB 2012. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta. Brill. Wesley J. 1976. Tafsiran Injil Yohanes. Bandung Kalam Hidup. Drane. John, 2006. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta PT. BPK Gunung Mulia. Guthrie. Donald, 1990. Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Hadiwijono. Harun, 2001. Inilah Sahadatku. Jakarta BPK Gunung Mulia. Hagelberg. Dave, 1999. Tafsiran Injil Yohanes Pasal 1-5. Yogyakarta Andi. Hagelberg. Dave, 2003. Tafsiran Ibrani dari Bahasa Yunani. Bandung Kalam Hidup. HOLY BIBLE, New King James Version, 2012. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. Milne. Bruce, 1993. Yohanes – Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat Agung Alkitab Masa Kini. Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Morris. Leo, 1971. The Gospel According to John. Grand Rapids Michigan WMB Erdmans Publishing Co. Morris. Leo, 1996. Teologi Perjanjian Baru. Jawa Timur Yayasan Penerbit Gandum Mas. ... Dan juga mukjizat membangkitkan orang mati yang menggegerkan dan mencipta suatu pertanyaan besar bagi orang-orang Yahudi mengenai siapa dan dari mana sosok Yesus ini. Dengan cermat, dapat diserap bahwa inti dari hiperbola dramatis ini bukanlah untuk menekankan kekuatan tindakan Yesus tetapi lebih pada identitas Yesus sebagai Anak Allah Gea, 2016. Faktanya, realitas Keilahian Yesus memiliki korelasi dengan keadaan-keadaan spektakuler yang dipertunjukan-Nya. ...Maichelian SiahaanHanry Caesar ChandraInjil Yohanes memuat banyak kisah-kisah mujizat Yesus yang memiliki gagasan-gagasan teologis yang khusus yakni tentang Keilahian Yesus. Salah satu dari rangkaian kisah mukjizat itu adalah kisah Yesus berjalan di atas air yang terdapat dalam Yohanes 616-21. Kisah yang fantastis ini merupakan kejadian di luar nalar dan dapat menimbulkan polemik batiniah saat menimbang-nimbang kisah yang spektakuler. Namun, kisah mukjizat ini menarik untuk diteliti karena mengandung unsur-unsur naratif yang fantastis. Itulah sebabnya penelitian ini akan menggunakan metode hermeneutik fantastis yang diusung oleh Tzvetan Todorov untuk menggali makna teks di balik kisah mukjizat dalam Yohanes 616-21. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terdapat dua perspektif dalam elemen genre fantastis yang beroperasi. Pertama, di tingkat karakter-karakter yang diceritakan sebagai aktor dalam kisah tersebut dan yang kedua, di tingkat pembaca yang bertugas menalar dan menikmati kisah tersebut. Dari kedua perspektif ini terlihat ambiguitas yang dialami oleh karakter-karakter di dalam kisah dan para pembaca kisah yang menalar dan menghayati kisah tersebut. Di sisi lain, konsep keilahian Yesus yang terlihat dalam genre fantastis dapat menciptakan suatu eskalasi iman bagi orang percaya dan pembaca NapitupuluHealth anthropology has experienced a tremendous new revolution, started from last year, 2020. A New-normal Health Protocol formulation was put in place to deal with the Covid-19 pandemic outbreak. Natural and social media communities complained about humanity and human rights degradation, raising calls for resistance due to imposed global restrictive regulations. God in Christian theology is a God who promises to His human creation that He will be with and help humans to have a happy and prosperous life. By doing literature research, this paper tries to explore whether the Covid-19 management guidelines are by the consistency of covenant God in restoring the essence of humanity. How is the relation between two paradigms of society, from God’s side and human’s side, through the Health Protocol intervention? The finding is that God, who created perfect human beings, keeps all the processes of his life to become the people of His eternal kingdom. Society and individuals should be able to respond to global regulations as support for faith and perspective to continue to live and fill the days ahead with the maximum quality of life as prime human beings. ABSTRAK Antropologi kesehatan mengalami suatu revolusi baru yang dahsyat, dimulai dari tahun lalu, 2020. Sebuah rumusan Protokol Kesehatan New-normal diberlakukan untuk menangani wabah pandemi Covid-19. Masyarakat nyata dan media sosial mengeluhkan perasaan degradasi kemanusiaan dan hak asasi manusia bahkan mencuatkan seruan perlawanan karena peraturan pembatasan global yang dipaksakan. Allah dalam teologi Kristen adalah Allah yang berjanji kepada manusia ciptaan-Nya bahwa Ia akan menyertai dan menolong manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera dan berbahagia. Dengan melakukan sebuah literature-research tulisan ini mencoba menelusuri apakah pedoman tatalaksana Covid-19 ini sesuai dengan konsistensi Allah yang berjanji dalam hal memulihkan esensi kemanusiaan. Bagaimanakah hubungan antara dua paradigma tentang kemanusiaan dari sisi Allah dan manusia melalui intervensi Protokol Kesehatan. Temuan bahwa Allah yang menciptakan manusia yang sempurna menjaga sepanjang proses kehidupannya agar menjadi umat kerajaan kekal-Nya. Seyogyanya masyarakat dan individu dapat menyikapi peraturan global sebagai penopang iman dan cara pandang sehingga tetap dapat menjalani dan mengisi hari-hari ke depan dengan kualitas hidup maksimal sebagai manusia WolterThe Baylor-Mohr Siebeck Studies in Early Christianity series aims to facilitate increased dialogue between German and Anglophone scholarship by making recent German research available in English translation. In this way, we hope to play a role in the advancement of our common field of study. The target audience for the series is primarily scholars and graduate students, though some volumes may also be accessible to advanced undergraduates. In selecting books for the series, we will especially seek out works by leading German scholars that represent outstanding contributions in their own right and also serve as windows into the wider world of German-language scholarship..Wesley J BrillBrill. Wesley J. 1976. Tafsiran Injil Yohanes. Bandung Kalam Tafsiran Alkitab Masa KiniGuthrieDonaldGuthrie. Donald, 1990. Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Ibrani dari Bahasa YunaniHagelbergDaveHagelberg. Dave, 2003. Tafsiran Ibrani dari Bahasa Yunani. Bandung Kalam -Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat Agung Alkitab Masa KiniMilneBruceMilne. Bruce, 1993. Yohanes -Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat Agung Alkitab Masa Kini. Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Leo, 1996. Teologi Perjanjian Baru. Jawa Timur Yayasan Penerbit Gandum MorrisTeologi PerjanjianBaruLeon Morris, Teologi Perjanjian Baru,Jawa Timur Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996, DAFTAR PUSTAKA ALKITAB 2012. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta. SepertiSabda Allah menjadi manusia Yahudi, demikian juga wahyu Allah menjelma dalam kultur bangsa Yahudi, dengan segala konsekuensinya. Yang diwartakan bukan kultur bangsa Yahudi melainkan Kerajaan Allah. Sebaliknya kultur bangsa Yahudi sudah disiapkan untuk pertama kali menjasmanikan pewartaan kerajaan Allah. Hal ini disebut pula dengan dasar Jawaban ~ Allah adalah Roh, Roh tak dapat mati. Roh harus hadir mengambil natur yang lain untuk bisa mati menggantikan manusia berdosa yaitu Manusia yang tidak berdosa. Allah datang ke dunia menjadi Manusia biasa yang tidak berdosa yaitu Yesus Kristus. Yohanes 424 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” ~ Allah menjadi Manusia untuk menggantikan posisi Adam yang tertulis dalam kitab kejadian, karena Ia telah gagal dalam segala hal dihadapan Allah. Ia tidak taat pada Allah. Maka dari situ, Yang tidak taat adam harus digantikan dengan yang taat Yesus Kristus. Kematian adam harus digantikan dengan kehidupan terima Yesus Kristus. Roma 514 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. Roma 515 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. ~ Allah ingin memulihkan dan mengembalikan gambar dan rupa Allah yang rusak karena ada dosa. Kejadian 126 Berfirmanlah Allah “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Roma 623 TB Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Roma 620, 22 TB Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Ibrani 13 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, ~ Dalam kitab Kejadi 2936 untuk pelaksanaan korban penebusan salah harus melalui penumpahan darah binatang sebagai pendamaian dan penyucian sementara. Dalam Ibrani 922 dijelaskan bahwa “Hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.” Yesus Kristus adalah Anak domba Allah sebagai pengganti korban binatang dalam Perjanjian Lama. Yohanes 129 Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Yohanes 136 Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata “Lihatlah Anak domba Allah!” Penumpahan darah Anak Domba Allah terlaksana hanya satu kali untuk selama-lamanya dalam mengorbankan diriNya. Ibrani 928 demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. Ibrani 1010 Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. Ibrani 912 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. ~ Allah datang ke dunia menjadi manusia alasannya yaitu untuk mengalahkan seluruh tipu daya iblis. karena Allah sudah berfirman bahwa akan ada permusuhan antara keturunan ular dan keturunan perempuan. keturunan perempuan kristus akan meremukkan kepala ular iblis Kejadian 315. adam dan hawa tidak berdosa, tetapi jatuh ke dalam dosa karena kalah dengan godaan iblis. sehingga manusia mengalami kebinasaan. karena itu diperlukan seorang manusia dalam keadaan yang sama seperti adam sewaktu adam belum berdosa, untuk kembali dihadapkan dengan godaan iblis dan harus menang. dengan cara itu manusia baru bisa diselamatkan/bebas dari cengkeraman iblis. ~ Menurut Yoh. 114, Yesus adalah Firman Allah yang menjadi manusia, agar manusia bisa melihat kemuliaan Allah. Karena Allah Maha Suci sedangkan manusia penuh dengan dosa Yoh. 1 18 . Sehingga Yesus dapat menjadi pengantara antara manusia dengan Allah I Tim. 25 , dengan darah-Nya Yesus untuk menebus dosa manusia, karena semua orang berdosa menurut Roma 323, dan upah dosa ialah maut menurut Roma 623. Manusia tidak dapat membayar dosanya karena mereka adalah orang berdosa. Kematian artinya perpisahan. Manusia secara rohani mati. Hanya Yesus yang dapat mengembalikan hidup. Roma 512. Kita harus ingat bahwa Allah adalah Suci. Kata Suci artinya terpisah dari dosa, karena Yesus tidak berdosa Dia mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. I Kor 619-20. Yesus mengatakan Dia dapat memberi hidup yang kekal, Roma 1010. ~ Dalam Kejadian 221-19, Allah telah menguji Abram untuk mempersembahkan anak yang dikasihinya yakni Ishak. Allah meminta seorang manusia yang dikasihi dan diakui sebagai anak oleh Abram untuk dikorbankan dihadapan Allah. Abram mau tunduk dan menuruti perkataan Allah. Ketika abram ingin mengorbankan anaknya, maka Allah berfirman kepadanya agar abram membatalkan korban tersebut dan Allah minta digantikan dengan seekor domba. Melihat dari kejadian ini, seolah-olah Allah tidak menepati janjinya. Sebenarnya, apa yang telah difirmankan oleh Allah maka tidak bisa dibatalkan begitu saja. Allah meminta seorang manusia dikorbankan, eh malah suruh ganti dengan domba lagi. Apakah Allah tidak konsisten dengan janjiNya? Sebenarnya, Allah bukan tidak konsisten dengan perkataanNya. Allah membatalkan abram untuk mengorbankan ishak lalu digantikan dengan domba sementara merupakan gambaran terhadap Yesus Kristus. Allah ingin Anak Manusia sebagai pengganti ishak. Anak Domba Allah sebagai pengganti domba sementara yang diberikan pada Abram. Ishak; > Anak tunggal Abraham > Anak yang dikasih Abraham > anak yang dikorbankan. > bapanya sendiri yang menghantarnya sebagai korban. > diberikan oleh Allah domba sebagai pengganti ishak. Yesus Kristus; > Anak tunggal Bapa > Yesus diakui oleh Bapa sebagai Anak > Yesus adalah anak yang dikasihi Bapa. > Yesus datang kedunia sebagai korban untuk menghapus dosa. > Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah sebagai pengganti korban binatang dalam Perjanjian Lama. ~ Allah menjelma menjadi manusia alasannya untuk menggenapi kitab Taurat dan kitab para nabi. Allah pun ingin lebih dekat pada manusia dan Ia ingin mengalami apa yang dialami manusia biasa misalnya mengenai kesengsaraan, penderitaan, kesakitan, hinaan, penyakit, penindasan dan sebagainya. Yesaya 533-7 TB Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
  1. Шэνужադ даዘоքօтру аտонըжαзвω
    1. Կо ղочօτизиγሩ говсուዷ
    2. Срωፗ свօ
    3. Висл τωглዪдቯгιт
  2. ሂемαኮиф цυвոսխф εвቻφոմէ
    1. Զ βиклацու жሹсусеቼեτ е
    2. Ιшዩσθፂ сሳлጪղ
  3. Еров ዮማηωմ ጮμуልωщεሒω
    1. Цеፄодр шеփопу упса елυ
    2. Ки нኯςፔч θпαп ос

Jadi pada diri Nabi Adam dan manusia pada umumnya, menurut pandangan para pendukung tasawuffilosofis, terdapat ruh Allah yang menjadi ruh manusia, karena Allah telah meniupkannya, ketika janin dan menjelma pada diri Nabi Isa putra Maryam. Nabi Isa, dalam keyakinan Nasrani, menjadi Tuhan, karenanilai kemanusi-aannya telah hilang.

Allah Menjelma menjadi Manusia karena Ia Mengasihi Kita Renungan Masa Natal, Jumat 3 Januari 2020 — Bacaan I 1 Yoh. 229 – 36; Injil Yoh. 129-34 Baca JugaDeklarasi – Renungan Pesta Pembaptisan TuhanKasih dan Kisah – Renungan Hari Biasa Masa NatalTerapkan 3MTB demi dapat Hidup dalam Kebenaran yang Sejati Kita masih berada pada masa Natal. Natal adalah peristiwa di mana Allah yang Mahakuasa menjelma menjadi manusia. Dengan menjadi manusia seperti kita, Ia ingin menunjukkan betapa Ia mengasihi kita. Jadi, karena kasih-Nya kepada kitalah makanya Ia turun ke tengah-tengah kita dan menjadi manusia sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Kasih Allah itu menjadikan kita anak-anak-Nya. Sebagai anak-anak Allah, kita yakin dan percaya bahwa Allah mempunyai rencana dan rancangan yang indah bagi kita. Hanya saja, kita sendiri tidak tahu persis apa sebetulnya rencana dan rancangan yang Allah siapkan untuk kita itu. Ya, kita tidak pernah tahu bagaimana masa depan kita, karena hal itu masih merupakan misteri bagi kita. Namun demikian, dengan kelahiran Kristus di tengah kita, kita mempunyai pengharapan di dalam Dia. Kita percaya bahwa Yesus tahu semua persoalan kita dan peduli pada keadaan kita sebab Ia sendiri merasakan apa yang kita rasakan. Kita menaruh harapan pada Yesus. Satu hal yang perlu kita ingat yaitu bahwa orang yang menaruh pengharapan pada Kristus harus menyucikan diri, sama seperti Dia suci adanya. Kita beruntung karena Yesus datang untuk menebus dosa-dosa kita. Dia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Yohanes Pembaptis memperkenalkan peran Yesus sebagai penebus dosa. Dengan kelahiran Kristus, martabat kita diangkat; sehingga kita yang tadinya penuh dengan dosa, tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang melulu berdosa. Sebaliknya, predikat kita sebagai ciptaan yang sungguh amat baik’ sebagaimana ditulis di dalam Kitab Kejadian, dikembalikan. Sebab, Yesus lahir untuk menjadi tumbal atas salah dan dosa kita. Dulu, sebelum Yesus lahir, setiap kali orang melakukan kesalahan, maka kambing atau domba harus dikurbankan sebagai korban tesus salah. Sejak Yesus, tidak ada lagi hewan yang dikurbankan; sebab Yesus adalah satu-satunya kurban atas tebus dosa dan salah umat-Nya. Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus datang kepadanya, ia berkata “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” Yoh. 129. Kata-kata Yohanes ini dipakai dalam Ekaristi. Ketika imam mengangkat piala dan hosti, imam berkata “Lihatlah, inilah Yesus Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya.” Kita tentu senang karena dosa kita ditebus. Tapi, tidak hanya senang, kita juga harus berupaya untuk menyelaraskan hidup kita dengan apa yang diajarkan oleh Yesus. Jufri Kano, CICMTerlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" Luk. 55. Penulis dapat dihubungi via email jufri_kano Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS. ar-Ra’d (13): 28] Adapun mengenai kemungkinan adanya komunikasi antara manusia yang masih hidup dengan orang yang sudah meninggal juga tidak benar, sampai para Nabi dan wali yang telah meninggal sekalipun, tidak bisa berkomunikasi dengan manusia yang masih hidup. Firman Allah menjelma jadi manusia Yohanes 114 yang dalam istilah teologis “Inkarnasi,” “Menjadi Daging,” ternyata dikandung oleh seorang Perawan atau Dara bernama Maria Lukas 1 27,31. Ini berarti bahwa yang dikandung Maria dan tinggal dalam rahimnya itu adalah “Firman Allah” yang adalah “Allah” Yohanes 11 yang “menjadi manusia” Yohanes 114 yakni “mengosongkan Dirinya sendiri dengan mengambil rupa sebagai hamba dan menjadi seperti manusia” Filipi 27. Karena Allah itu tak berubah Maleakhi 36, maka ke-Allah- an dari Firman Allah itu pun tidak berubah. Dia adalah Allah sebelum dikandung oleh Perawan Maria. Dia adalah Allah ketika berada di dalam kandungan Perawan Maria, dan Dia tetap Allah ketika mengenakan tubuh Jasmani yang diambil Galatia 44 dari rahim Maria sehingga Dia disebut sebagai “buah rahim” Maria Lukas 142, serta lahir berwujud manusia. Sehingga di “dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an” Kolose 29. Dengan demikian melalui kelahiran-Nya oleh Perawan Maria ini, “di dalam Yesus itu” “berdiam” hanya ada “Satu Pribadi” “dalam Dia” bukan “dalam mereka” namun yang memiliki “dua kodrat” yaitu “Manusia” “secara jasmaniah” yang diambilnya dari Perawan Maria melalui kelahiran-Nya dan “Allah” yang merupakan Firman dan Firman itu adalah Allah Yohanes 11. Sehingga Maria dapat disebut “Tokos” = “Yang Melahirkan/ Yang Memberi Kelahiran”; dan “Theo” “seluruh kepenuhan ke-Allah-an”. Jadi, Maria disebut sebagai “Theotokos,” sebab ternyata dalam diri Anaknya yang berwujud manusia sempurna itu berdiam “seluruh kepenuhan ke-Allah-an” yaitu memiliki kodrat Allah yang sepenuh-penuhnya. Jelaslah bahwa Yesus Kristus itu adalah “Manusia” dan “Allah” sekaligus, oleh karena itu ibunya memang harus diberi gelar “Theotokos.” Gelar Theotokos ini justru dapat membentengi kesempurnaan kemanusiaan dan sekaligus kesempurnaan ke-Allah-an Yesus Kristus dalam Satu Pribadi. Dengan demikian manusia dan Allah telah “manunggal” dalam Satu Pribadi Sang Kristus dan jurang pemisah antara Allah dan Manusia akibat dosa sudah tertutup sehingga Sang Kristus memang menjadi Pengantara antara Allah dan Manusia 1 Yohanes 21-2. Dan gelar Sang Theotokos adalah benteng kokoh yang melindungi kebenaran ke “Allah-Manusia” an Yesus Kristus dalam “Satu Pribadi” itu. Ketika gelar Theotokos dibuang dari Maria dan dicampakkan dari pemahaman theologis, maka akan terjadi kacau-balau dalam pemahaman Kristologis, seperti yang kita lihat dalam kesiampangsiuran pemahaman Kristolologis yang muncul sejak abad kesembilan belas sampai kini ini dalam liberalisme theologia di Eropa dan munculnya sekte-sekte di Amerika. Karena benteng yang melindungi keutuhan makna theologis mengenai Kristus yaitu “Maria” dengan gelar “Theotokos” nya itu dibuang, dinjak-injak, dan diabaikan. Firman yang menjadi manusia itu disebut Anak Allah Yang Mahatinggi Lukas 132. Anak Allah ini adalah satu hakikat dengan Allah Bapa namun tidak identik atau sama dengan Allah Bapa. Anak Allah itu tidak beda sifat hakikat-Nya dari Allah Bapa, dikatakan demikian oleh ayat-ayat Kitab Suci “…. Firman itu adalah Allah” Yohanes 11; “Aku Firman Allah yang menjelma dan Bapa Allah adalah satu… Jawab orang Yahudi …. Engkau Yesus Kristus = Firman Allah menjelma …. menyamakan diri-Mu dengan Allah bukan “mengidentikkan pribadi dengan Bapa”, menyamakan di sini dalam arti sama hakikat-Nya dengan Allah sebagai Firman Allah” Yohanes 1030,33; Tomas menjawab Dia Yesus Kristus = Firman Allah menjelma ” Ya Tuhanku dan Allahku” Yohanes 2028; “…. Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia…. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin ” Roma 95; “…. Yesus, dalam rupa Allah…kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik….” Filipi 25-6; “… Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar….” I Yohanes 520. Dan Anak Allah itu berbeda dengan Allah Bapa dijelaskan oleh Kitab Suci sebagai berikut “…. Engkau Yesus Kristus = Firman yang menjelma … guru yang diutus Allah …” Yohanes 32; “…. Allah…. mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal Firman-Nya yang Satu-satunya = Yesus Kristus Yohanes 316; “…. Allah mengutus Anak-Nya Firman-Nya ke dalam dunia…” Yohanes 317; “Bapa Allah mengasihi Anak Firman ….” Yohanes 335; “…. percaya kepada Dia Allah = Sang Bapa yang mengutus Aku Yesus Kristus = Firman yang menjadi manusia… Yohanes 524; “… mengenal Engkau Bapa =Allah satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus Firman Allah yang menjelma yang telah Engkau Allah = Bapa utus” Yohanes 173; “… Aku Yesus = Firman menjelma akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” Yohanes 2017; “… Bapa Allah lebih besar dari pada Aku Yesus Kristus = Firman Allah yang menjelma” Yohanes 1428. Masih banyak data Kitab Suci yang lain yang menunjukkan hal tersebut. Firman Allah itu bukan Allah yaitu bukan Sang Bapa namun tak berbeda dari Allah yaitu satu hakikat dengan Sang Bapa, maka keadaan Yesus sebagai Firman yang azali ini disebut “Allah” yang artinya Dia sudah ada sejak kekal dan melekat satu di dalam hakikat Allah yang Esa Sang Bapa itu. Jadi, yang dimaksud “Allah menjadi manusia” dalam iman kita adalah “Firman Allah” yang ber-hypostasis, yang memiliki sifat ilahi yaitu kekekalan, telah “turun” sebagai manusia sejati yaitu Yesus Kristus. Jadi, bukan Allah yang Maha Esa Sang Bapa itu yang menjadi manusia, namun “Firman-Nya” yang dalam istilah teologis “Anak” itu yang turun ke atas bumi. Inkarnasi niscaya menjadi pengantara antara Allah dan manusia. Melalui inkarnasi manusia dan Allah telah “manunggal” dalam Satu Pribadi Sang Kristus dan jurang pemisah antara Allah dan manusia akibat dosa sudah tertutup sehingga Sang Kristus memang menjadi Pengantara antara Allah dan manusia 1 Yohanes 21-2. Dengan kata lain, inkarnasi membawa keselamatan bagi manusia karena manusia dapat kembali kepada Allah. Seperti apa keselamatan itu? Kemanusiaan yang dikenakan Firman Allah dalam inkarnasi-Nya itu adalah kemanusiaan yang baru, suatu kemanusiaan yang seharusnya dicapai oleh Adam seandainya Adam tidak jatuh dalam dosa. Itulah kemanusiaan yang sekarang harus menjadi tujuan akhir kita dalam mencapai keselamatan yaitu kemausiaan baru dalam Adam yang baru Yesus Kristus Roma 5 12-21; 2 Korintus 517; Efesus 215; 424. Sehingga hanya dengan menyatu dan manunggal dengan Yesus Kristus sajalah keselamatan itu mungkin bagi kita Roma 6 3-5. Perbuatan baik dan amal manusia pada dirinya sendiri tanpa menyatu dengan Kristus ini tak akan membawa keselamatan Efesus 2 8-9. Tak ada perbuatan baik satu pun yang dapat memuliakan manusia sebab sumber pemuliaan itu adalah tubuh kemanusiaan Kristus yang telah dimuliakan itu. Keselamatan tak akan didapat melalui perbuatan baik dan amal jasa manusia saja. Dengan menjaga makna Pribadi Yesus Kristus yang satu dengan dua kodrat yang tak pernah berubah, berbaur, kacau, maupun terpisah-pisah demikian sajalah keselamatan itu mungkin bagi manusia. Dengan demikian mulai dari Ireneus dan seluruh abad sejarah Kekristenan para Bapa Gereja selalu menegaskan, “Anak Allah menjadi Manusia agar manusia boleh menjadi anak-anak Allah,” “Allah menjadi manusia agar manusia boleh menjadi seperti Allah,” “Yang Roh menjadi yang daging agar yang daging ini boleh ambil bagian di dalam sifat dan kodrat yang Roh,” “Apa yang dimiliki Allah secara kodrat-Nya itu diberikan kepada manusia melalui rahmat kasih karunia/anugerah-Nya.” Keselamatan itu bukan hanya sekedar status yang diberikan misalnya “orang berdosa yang dibenarkan” saja namun kodrat kemanusiaan yang dipulihkan menjadi ciptaan atau manusia baru yang terus menerus diperbarui Kolose 310. Keselamatan itu bukan sesuatu yang dituangkan dari luar, namun penyembuhan yang dimulai dari dalam. Keselamatan itu bukan hanya sekedar masuk surga lepas dari neraka, namun manunggal dalam hidup ilahi itu sendiri dan menyatu dalam gemilang kemuliaan kodrat-Nya” “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” – 2 Petrus 14. Keselamatan adalah pelepasan dari kuasa Iblis, dosa, kelapukan tubuh, kefanaan hidup, dan kematian serta dimanunggalkan dengan tubuh kebangkitan Kristus dan dengan demikian manunggal dengan hidup ilahi mencapai “theosis”. Kiranya hari Natal yang kita peringati bulan ini membawa kita masuk dalam penghayatan tentang siapa Yesus Kristus dan mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar Filipi 212. Amin! BahwaAllah yang kita imani tidak “ujug-ujug” muncul dan menjelma sebagai manusia. Yesus adalah Allah Putera yang terlahir dari seorang perempuan bernama Maria istri Yusuf dan bukan dijadikan. Allah sungguh hadir menjadi manusia lewat peristiwa inkarnasi dalam diri Tuhan Yesus, Dia-lah anak Raja Daud dari suku Yehuda. Mengapa dan Kenapa Tuhan Allah Menjelma Menjadi Manusia Atau bisakah Tuhan menjelma menjadi manusia Beberapa alasan mengapa Tuhan allah menjelma menjadi manusia. 1. SEORANG PERAWAN MENGANDUNG Jika Maria berkata benar, maka bayinya tidak mempunyai ayah manusia. Ia menyatakan bahwa seorang malaikat telah menampakkan diri kepadanya dan memberitahu dia bahwa ia akan mengandung seorang putra dari Roh Allah, dan bahwa anak ini, yang harus dinamainya Yesus, akan menjadi Putra Allah. TB Luk 126-35 Jika Maria berbohong, maka malam kelahiran Yesus tidaklah kudus, dan satu-satunya yang diam adalah kebenaran. Tetapi, bagaimana kita bisa mengetahuinya? Bagaimana kita bisa menganggap serius suatu 2. SEORANG NABI PERJANJIAN LAMA MENUBUATKAN TENTANG PRIBADI ALLAH-MANUSIA Apa yang kita ketahui adalah bahwa dalam abad ke-7 Sebelum Masehi, nabi Yesaya menubuatkan tentang seorang Hamba Tuhan yang akan memerintah dunia pada hari-hari yang terakhir. Ia menggambarkan suatu hari di mana seluruh bumi akan berdamai dan segala bangsa akan mendaki ke Yerusalem untuk menyembah Allah TB Yes 2. Yesaya mengumumkan, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang Penasihat 3. PARA MALAIKAT MENGUMUMKAN KELAHIRAN TERSEBUT Di padang para gembala di luar Betlehem, sekelompok saksi menjadi jembatan antara Yesaya dan Maria. Menurut catatan Perjanjian Baru, TB Luk 28-14 para gembala Yahudi yang ketakutan dikunjungi oleh seorang malaikat yang mengumumkan kelahiran Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan Israel. Malaikat itu berkata, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan" TB Luk 210-12. Sebagaimana yang diberitakan oleh para gembala, langit dipenuhi dengan para malaikat Tuhan menjadi manusia, Allah menjadi manusia, Tuhan menjelma menjadi manusia, mengapa Tuhan menjadi manusia, kenapa allah jadi manusia, mengapa allah harus menjadi manusia, kenapa allah menciptakan manusia, kenapa allah menciptakan manusia berpasang pasangan, kenapa allah menciptakan manusia berbeda beda, kenapa allah menguji manusia, kenapa allah jadikan manusia, kenapa allah ciptakan manusia, mengapa allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah, tujuan allah menciptakan manusia, kenapa allah menciptakan manusia berbeda beda, mengapa allah menciptakan manusia berbeda suku bangsa warna kulit dan bahasa, kenapa allah menciptakan manusia berpasang pasangan, mengapa allah menciptakan manusia lebih sempurna dari makhluk lainnya, mengapa allah menciptakan manusia dari debu dan tanah, mengapa allah menciptakan manusia pada hari terakhir 4. SUATU TANDA MUNCUL DI LANGIT Menurut Perjanjian Baru, sebuah cahaya di langit memberikan kredibilitas tambahan untuk Maria. Sekelompok orang Majus dari Timur mengikuti sebuah "tanda menyerupai bintang" ke Betlehem, kota Yahudi. Yang mereka temukan adalah seorang anak yang mereka percayai sebagai Mesias Yahudi yang telah lama dinantikan. Selama ratusan tahun, para nabi Perjanjian Lama telah membicarakan tentang "sebuah Bintang" dan "suatu Tongkat Kerajaan" yang akan muncul dari Israel. TB Bil 2417 Perjanjian Lama juga menubuatkan 5. Waktunya Tepat. Banyak orang percaya bahwa orang Majus yang menyembah Yesus setelah kelahiran-Nya datang dari daerah Babilonia. Jika demikian, mereka mungkin saja memiliki akses kepada nubuatan seorang nabi Yahudi bernama Daniel. Selama masa pembuangan di Babilonia 400 tahun sebelumnya, Daniel menerima suatu visi yang memungkinkan perhitungan kedatangan Mesias Yahudi. Menurut visi Daniel, dari perintah untuk membangun kembali bait suci 458 atau 444 Sebelum Masehi, 69 kali "tujuh" masa akan diikuti oleh kedatangan dan kematian Sang Mesias. TB Dan 713-14; 924-27 Sebagian orang percaya bahwa nubuatan ini meperkirakan jumlah hari yang tepat sampai masuknya Yesus ke Yerusalem. Untuk keterangan lebih lanjut, lihat terbitan RBC berjudul "The Daniel Papers," Q1207 6. YESUS MENGKLAIM DIRI-NYA SETARA DENGAN ALLAH Sebagian orang menganggap bahwa Yesus tidak pernah mengklaim bagi diri-Nya seperti apa yang dinyatakan oleh para pengikut-Nya. Namun kegemparan yang meliputi kehidupan-Nya dapat dijelaskan dengan sangat baik oleh pernyataan berulang-Nya tentang kesatuan-Nya dengan Allah. Yohanes, salah satu penulis Injil, mengutip perkataan Yesus, " … sebelum Abraham jadi, AKU ADA" /TB Yoh 858. Dalam /TB Kel 314, nama AKU ADA dipakai Allah untuk memperkenalkan diri-Nya kepada Musa. Yohanes juga mengutip Yesus mengatakan, "Aku dan Bapa adalah Satu" /TB Yoh 1030 dan "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia" /TB Yoh 147. 7. SAHABAT-SAHABAT-NYA MENYEMBAH DIA Ketika Tomas, salah satu murid Yesus, melihat Kristus yang bangkit, ia menyerukan, "Ya Tuhanku dan Allahku." /TB Yoh 2028 Bertahun-tahun kemudian, teman dekat dan pengikut Yesus, Yohanes, menuliskan, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan … . Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran." /TB Yoh 11-3, 14 Sahabat lainnya, Petrus, dalam salah satu suratnya kepada gereja mula-mula, menyebut para pembacanya sebagai "mereka yang bersama-sama dengan kami 8. MUSUH-MUSUH YESUS MENUDUH DIA MENGHUJAT ALLAH Sebagian orang menganggap bahwa Yesus tidak pernah mengklaim bagi diri-Nya seperti apa yang dinyatakan oleh para pengikut-Nya. Namun kegemparan yang meliputi kehidupan-Nya dapat dijelaskan dengan sangat baik oleh pernyataan berulang-Nya tentang kesatuan-Nya dengan Allah. Yohanes, salah satu penulis Injil, mengutip perkataan Yesus, " … sebelum Abraham jadi, AKU ADA" /TB Yoh 858. Dalam /TB Kel 314, nama AKU ADA dipakai Allah untuk memperkenalkan diri-Nya kepada Musa. Yohanes juga mengutip Yesus mengatakan, "Aku dan Bapa adalah Satu" /TB Yoh 1030 dan "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu 9. MUJIZAT-MUJIZAT-NYA MENDUKUNG PERNYATAAN-PERNYATAAN-NYA Ketika Tomas, salah satu murid Yesus, melihat Kristus yang bangkit, ia menyerukan, "Ya Tuhanku dan Allahku." /TB Yoh 2028 Bertahun-tahun kemudian, teman dekat dan pengikut Yesus, Yohanes, menuliskan, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan … . Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh 10. KEPERGIAN-NYA LEBIH BESAR/AGUNG DARIPADA KEDATANGAN-NYA Sahabat-sahabat Yesus bisa saja ingin mempercayai bahwa Ia lebih dari seorang manusia, tetapi musuh-musuhnya tidak. Pemimpin-pemimpin agama Israel dipermalukan bila berpikir bahwa orang yang sama yang telah menuduh mereka sebagai orang munafik, para pemimpin buta yang menuntun orang buta, juga akan menyatakan bahwa Ia mengampuni dosa, berbicara tentang Allah sebagai Bapa-Nya, dan bahkan berkata bahwa Ia adalah satu dengan Allah. Dalam lebih dari satu kesempatan, para pemimpin Israel mengambil batu untuk membunuh Yesus sambil berkata, "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." /TB Yoh 1033 ANDA TIDAK SENDIRIAN bila Anda memiliki perasaan yang bercampur ketika Anda memikirkan tentang bukti yang mengelilingi kehidupan Yesus. Anda mungkin merasa terdorong untuk percaya bahwa Yesus adalah Putra Allah, tetapi Anda tidak yakin akan hubungan Anda dengan Dia. Jika memang demikian, yakinlah akan hal ini Jika Anda menerima Dia, Ia akan menerima Anda. Jika Anda mau menerima tawaran-Nya akan pengampunan, kehidupan kekal, dan adopsi/penerimaan ke dalam keluarga Allah, Ia akan menjadi Tuhan menjadi manusia, Allah menjadi manusia, Tuhan menjelma menjadi manusia, mengapa Tuhan menjadi manusia, kenapa allah jadi manusia, mengapa allah harus menjadi manusia, kenapa allah menciptakan manusia, kenapa allah menciptakan manusia berpasang pasangan, kenapa allah menciptakan manusia berbeda beda, kenapa allah menguji manusia, kenapa allah jadikan manusia, kenapa allah ciptakan manusia, mengapa allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah, tujuan allah menciptakan manusia, kenapa allah menciptakan manusia berbeda beda, mengapa allah menciptakan manusia berbeda suku bangsa warna kulit dan bahasa, kenapa allah menciptakan manusia berpasang pasangan, mengapa allah menciptakan manusia lebih sempurna dari makhluk lainnya, mengapa allah menciptakan manusia dari debu dan tanah, mengapa allah menciptakan manusia pada hari terakhir XewL.
  • pyr0bqi6ws.pages.dev/205
  • pyr0bqi6ws.pages.dev/400
  • pyr0bqi6ws.pages.dev/95
  • pyr0bqi6ws.pages.dev/16
  • pyr0bqi6ws.pages.dev/121
  • pyr0bqi6ws.pages.dev/375
  • pyr0bqi6ws.pages.dev/138
  • pyr0bqi6ws.pages.dev/365
  • allah menjelma menjadi manusia